Rabu, 04 April 2012

homicidetribute.multiply.com


i said: "kiss me, you're beautiful - these are truly the last days"
you grabbed my hand and we fell into it like a daydream or a fever
- Dead Flag Blues, Godspeed You! Black Emperor.

Sore itu saya terkaget-kaget ketika mengunjungi situs nekrophone.com. Biasanya dalam kurun waktu tertentu saya masuk kesitu untuk sekedar melihat kalau-kalau saja sudah ada update baru seputar informasi soal grup hiphop favorite saya, Homicide. Sore itu saya menemukan website mereka ditutup dan hanya menyisakan satu halaman dengan tulisan besar "HOMICIDE IS OVER" dan diikuti dengan kata-kata diatas tadi.

Saya sungguh menyayangkan bubarnya Homicide. Sungguh bagi saya pribadi, Homicide merupakan salah satu grup musik (dan satu-satunya grup lokal) yang begitu banyak memberi pengaruh bagi kehidupan saya secara personal.

Saya pertama kali mendengarkan Homicide ketika SMP di sebuah lagu milik Puppen, 'United Fist'. Sebelumnya saya pernah mendengar nama mereka hanya sebatas konon, dari kakak yang sudah cukup umur melihat mereka manggung di festival Hullabaloo ditahun 94-an. Dikala itu saya sama sekali tidak mendengarkan hiphop atau musik populer secara umumnya, maklum masih kelas 6 SD. Featuring mereka di album MKII milik Puppen itu cukup keras gaungnya, hipmetal waktu itu (atau gabungan antara metal/HC dan rap) belum begitu populer membuat lagu itu sangat stand-out pada masanya, terlebih di lokal. Dari situ saya mencari keberadaan dua MC yang konon tergabung dibawah nama Homicide sampai beberapa bulan kemudian saya mendapatkan album kompilasi 'Brain Beverages' yang berisikan band-band bawah tanah Bandung dan Homicide ada disitu sebagai salah satunya. Lagu mereka di kompilsi itu 'State of Hate' mencuri perhatian scene bawah tanah yang pada saat itu didominasi metal/punk/hc. Tiga orang MC; Aszi, Ucok dan Lephe, membelalakan mata scene lokal bahwa ada grup hiphop dengan aura pembrontakan yang begitu intens yang membuat hiphop tak lagi memalukan di tanah air. Namun hinga mereka bubar pun ternyata, mereka memang lebih eksis di scene HC/Punk dibandingkan popularitas mereka di scene hiphop sendiri.

Tahun demi tahun sesudahnya, Homicide tak pernah merilis apapun kecuali CD-R demo mereka yang beredar terbatas, rumor mereka tak pernah solid gara-gara banyak hal, mulai dari urusan kebanyakan terlibat di pergerakan sampai tak punya duit. Mereka hanya eksis dibeberapa panggung kecil namun cukup fenomenal, salah satunya saya pernah mendengar mereka berteriak 'Hiphop is Dead!' disebuah acara rap ditahun 2000, kontroversial disaat orang2 belum mengerti frase itu. Hingga pada tahun 2002 mereka menggebrak lagi, kali ini mereka datang dengan dua surprise; Lephe keluar dan dua MC sisanya, Ucok dan Aszi merilis materi luar biasa, split dengan Balcony "Hymne Penghitam Langit dan Prosa Tanpa Tuhan". Materi Homicide di split ini lah yang beredar kemana-mana, mp3-nya dikopi dari warnet ke warnet, PC ke PC terutama dua single klasik kontroversial mereka dari EP ini, "Puritan" dan "Semiotika Rajatega". Sempat pula jadi E.P bertitel "Prosa Tanpa Tuhan" dan beredar terbatas pula, dan di Malaysia dirilis ulang dengan diganti judul menjadi "Godzkilla Necronometry".

Lirik mereka begitu kuat, cerdas, tajam menyilet dan tanpa basa-basi menampar status quo baik dalam bentuk tradisi hiphop lokal yang menyebalkan hingga tradisi musik politik yang selalu begitu-begitu saja. Mereka menyuguhkan sesuatu yang benar-benar baru bagi saya. Politik yang menyebalkan ditangan (mungkin lebih tepat di'mulut') mereka menjadi begitu 'rock n roll'. Style mereka berevolusi sedemikian rupa hingga begitu intens-nya, dan tak pernah ada sebelumnya di khasanah rap tanah air. Saya pernah baca resensi mereka yang menyebut usaha mereka mengawinkan bahasa 'intelektual' dan bahasa 'terminal' (bahasa tak senonoh) dengan begitu solidnya. Begitulah, Setiap sisi rima mereka hampir tak ada celah kelemahan, kecepatan-nya yang merepet, flow ajaib, metafor brilian, kecerdasan kata-kata membentuk sebuah thought-provoking message yang nyaris sempurna.

Tahun-tahun berikutnya saya sempat mendengar mereka bubar, tepatnya Aszi aka Sarkasz yang menggantung mikropon dan meninggalkan Homicide dalam status tak jelas selama berapa lama. namun ini kemudian dibantah lagi dengan dobrakan dahsyat selanjutnya. The Nekrophone Dayz pun dibuat tahun 2006 awal dengan gelombang dampak lebih gila lagi. Album semi antologi itu mendapat review positif dari media bawah tanah hingga Rolling Stone dan Jakarta Post. Kali ini menghadirkan track2 baru dimana Ucok sendirian menggenggam mic tanpa menghilangkan sedikitpun kebuasan Homicide dalam hal lirik dan musik. bahkan lagu klasik baru lahir di album ini, dari 'Rima Ababil' hingga 'Belati Kalam Profan' dan tentunya track yang menggetarkan hati, 'Barisan Nisan'.

Dari mereka pula saya mendapatkan perspektif baru mengenai politik. Politik yang menurut mereka tidak selalu berurusan dengan negara, parlemen dsb. Politik dengan 'p' kecil, bukan 'P' besar. Politik yang begitu menggairahkan, karena mereka mendobrak sekat anatara isu politik dan isu personal dengan begitu gamblangnya. Bahwa menentukan arah hidup kita sendiri dan berbagi kehidupan adalah isu politik yang paling penting. Ujar Ucok "menjalani hidup sehidup mungkin" adalah sebuah keputusan politik paling menentukan dalam hidup kita, yang kurang lebih artinya menolak tunduk pada arus hari ini, menolak satu blueprint tentang kehidupan, dan menjadikan hidup sebagai sebuah 'proyek' yang hanya akan berujung selesai jika kita mati.

Terus terang, ini cukup banyak memberi saya arti. Homicide lebih dari sekedar memperkenalkan bentuk hiphop yang lain, atau mengenalkan saya pada banyak wacana diluar sana. Namun semua yang bagus dalam hidup memang cepat selesai, meskipun 13 tahun itu tidak sebentar, saya tetap menyayangkan Homicide bubar. Saya sempat mendengar Ucok meneruskan proyek Homicide dengan membentuk grup baru, Trigger Mortis. Saya menaruh banyak harapan disini. Semoga proyek musikalnya atau apapun itu, tidak berhenti sampai disini.

Adios Homicide, thanks for inspiring years..., we owe u inspirations.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar