Kamis, 23 Agustus 2012

350 TAHUN??? jare sopo???

Bagaimana sebuah bangsa merasa telah dijajah selama ratusan tahun?
Tahun 1992. Saya duduk di kelas tiga Sekolah Dasar, ketika mata pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) pertama kali diluncurkan oleh Pemerintah Orde Baru.
Sejak itu, saya jadi sering mendengar ungkapan dari para guru bahwa penjajahan di Indonesia berlangsung selama 350 tahun. Hah 350 tahun? Pikir saya. Alangkah lamanya.
Namun tak ada yang protes dengan angka tersebut. Semua orang (termasuk saya) seolah sudah sepakat bahwa Indonesia memang dijajah dalam kurun waktu sebanyak itu. Hingga pada 1997, saat duduk di bangku kelas 1 SMA, saya membaca perdebatan antara Soe Hok Gie dengan salah seorang dosen sejarahnya.
Soe sangat tidak terima Indonesia dijajah oleh Belanda selama 350 tahun. Mengutip pendapat Profesor Resink (sejarawan UI yang berkebangsaan Belanda), aktivis dan mahasiswa sejarah itu menyebut angka tersebut hanya “dramatisasi politik” Soekarno untuk membakar  rakyat Indonesia punya jiwa.
“Dalam kenyataannya, Belanda tak pernah bisa menguasai 100% wilayah Nusantara  sampai  akhir kekuasaannya, ”kata Soe sambil menyebut beberapa pemberontakan rakyat Aceh yang masih berlangsung hingga 1942.
Rahmat Safari, salah seorang teman saya yang sangat menggilai sejarah, bahkan berani menyebut penjajahan Belanda atas Indonesia hanya 4 tahun (1945-1949). Apa sebab? “Sebelum 1945, secara de facto dan de jure, memang Republik Indonesia sudah ada?” katanya malah balik bertanya kepada saya.
Logika historis Rahmat saya pikir-pikir memang ada benarnya juga. Nama Indonesia sendiri baru disebut-sebut di kalangan ilmuwan ketika seorang etnolog Jerman bernama Adolf Bastian (1826-1905) menulis sebuah buku berjudul Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel (Indonesia atau Pulau-pulau di Kepulauan Melayu).
Sebelum 1945, wilayah Indonesia memang dikenal sebagai Hindia Belanda. Artinya India punya Belanda. Itu untuk membedakan dengan Hindia Barat atau India yang punya Inggris. Dua nama itu murni hasil kesepakatan antara bangsa penjajah semata.
Dan jauh sebelum ada nama Hindia Belanda,kawasan kita lebih dikenal sebagai Nusantara (artinya diantara pulau-pulau). Isinya terdiri dari berbagai bangsa dan kerajaan seperti Bali, Gowa, Pajajaran, Melayu, Andalas, Pagaruyung, Mataram, Banten dan lain sebagainya.
Kembali ke soal angka 350 itu. Tak ada orang yang tahu dari mana angka itu muncul. Kalaupun itu dihitung sejak kedatangan pertama kali armada Belanda pimpinan Cornelis de Houtman pada 22 Juli 1596 atau Jacob van Neck, van Heemskerck, dan van Waerwijck pada 1 Mei 1598, saya pikir itu tidak tepat juga. Bukankah saat pertama kali mereka datang ke Pelabuhan Banten tujuannya hanya berbisnis semata, bukan melakukan penjajahan? Alih-alih menjajah, mereka bahkan terikat kesepakatan dengan Kerajaan Banten dan justru mempersembahkan upeti kepada Sultan Banten.
Harus diingat pula, setelah berdirinya Maskapai Perdagangan Hindia Timur (VOC) pada 1602 tak serta merta urusan “penguasaan” ekonomi dan politik Belanda atas kawasan Nusantara berlangsung mulus. Berbagai perlawanan terjadi ketika Belanda berniat menganeksasi wilayah kerajaan-kerajaan yang ada saat itu.
Muncullah berbagai perang yang terjadi di berbagai di kawasan Nusantara.  Di Sumatera Barat meletus Perang Padri (1821-1837), di Jawa Tengah dan Yogyakarta terjadi Perang Diponegoro (1825-1830), Perang Aceh I (1873-1907), Perang di Jambi (1833-1907), Perang di Lampung (1834-1856), Perang di Lombok (1843-1894), Perang Puputan di Bali (1846-1908), Perang di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (1852-1908), Perlawanan di Sumatra Utara (1872-1904), Perang di Tanah Batak (1878-1907), dan Perang Aceh II (1912-1942).
Praktis hingga 1942, Belanda tidak bisa sepenuhnya menguasai wilayah Nusantara. Di beberapa kawasan seperti Banten, Aceh dan sebagian wilayah Sumatera lainnya, bahkan secara de facto Belanda hanya menguasai kawasan kota semata. Sedangkan kawasan pelosok dan pedalaman, tetap dipimpin oleh para pemberontak.
Bahkan menurut sejarawan dari Universitas Padjajaran, Nina Lubis, hingga akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20,  beberapa kerajaan di Bali, dan beberapa kerajaan di Nusa Tenggara Timur, masih mengadakan perjanjian sebagai negara bebas (secara hukum internasional) dengan Belanda. Jadi masihkan kita menyebut dengan “takjub”  bahwa kita telah dijajah Belanda selama 350 tahun?

* image diambil dari http://www.blogsmap.com

Rabu, 30 Mei 2012

desta married

yap,di usia yang menginjak 30 ini, gue naik level.menjadi suami, dari kelakuan kanak-kanak macam Nakula-Sadewa menuju lelaki pencinta macam Arjuna,dengan janji kepada Istri, gue akan melindungi dia seperti Bima di medan kurusetra dan searif Yudistira dalam menentukan langkah.

jumat legi tgl 1 juni rencana akad nikah gue, mohon doa restu dari rekan-rekan ,saudara-saudara gue di REZPECTOR, ALL JENDERAL RRU. it's NOT GOODBYE, gue tetap akan menjadi puzzle bersama kalian di persaudaraan terhebat ini.

udah dulu yah,gue harus prepare acara gue. I LOVE YOU ALL. HUGS!!!

Rabu, 04 April 2012

BAJINGAN MUDA


 |
INTERROGATIONS & INTERVIEWS

Morgue Vanguard, M.V. atau lebih dikenal dengan Ucok. Sumpah serapah dan kegelisahannya sudah tertumpahkan pada lirik-lirknya yang menyerang neo-liberalisme, konsumerisme dan konstalasi perpolitikan internasional bersama dialektika dan analagi-analoginya yang cerdas (“Berkomposisi bak Guantanamo sekolosal mega-orkestra Steve Albini..”) bersama grup hiphopnya seminal-nya, Homicide (yang sudah bubar pada tahun 2007). Statusnya sebagai seorang yang cukup notorious, tidak hanya di skena hiphop itu sendiri, tapi di industri musik Indonesia (album Nekrophone Days masuk 150 album terbaik versi majalah Rolling Stone Indonesia). Mari kita simak interview kita dengan MC/beatmaker/lyricist yang rekor golputnya belum terpecahkan ini..

Pendapat lo tentang musik hip-hop yang hanya dianggap musik ‘digging’ yang selalu mengambil sampling-sampling dari CD/kaset/plat album-album lama? Sebenarnya permasalahannya bukan masalah diggingnya, tapi lebih ke masalah samplingnya. Ada juga DJ yang ga digging, jadi musik yang dia dapet, dia kemas ulang. Dan ada juga yang emang sengaja digging. Biasanya produser-produser yang nyari source-source musik lama itu materinya lebih bagus. Bandingin aja si Madlib ama DJ Krush, kalo DJ Krush  lebih sedapetnya, sebagian bikin, trus tambahin synth, tapi tetap sampling. Kalo Madlib dia pure, jadi dalam satu lagu itu dia bisa sampling 10 lagu orang lain. Itu kan beda. Tapi mun ceuk urang (Kalo kata Gua sih) mah hiphop itu bukan di permasalahan diggingnya, tapi lebih bagaimana buat sesuatu yg baru dari barang-barang bekas yang udah ada. Filosofinya mah sebenernya filosofi lama, postmodern lama, jadi buat sesuatu yang baru dari yang lama.

Pas jaman si Afrika Bambata sama Kurtis Blow sampling tuh masih legal banget, lu bebas mo sampling apapun… sekarang gimana sih kondisi hukumnya? Nah itu dia! Gua ga tau yah kenapa sekarang si Madlib kok bisa sample lagu-lagu lama.. Mungkin dia indie, atau juga punya duit banyak. Karena permasalahannya semenjak 1991-1992 ada undang-undang sample itu, jadi itu merubah semuanya. Contohnya coba aja Lu denger album Public Enemy sebelum ’92 dengan yang sesudah ’92. Ambil aja yang paling kaya sample itu Fear Of A Black Planet. Itu satu lagu aja bisa sampling 20 lagu anjing gandeng pisan! Brengsek tuh! Hahaha. Saking banyaknya sample gatau itu sampling dari mana?!  Pernah waktu itu Saya ulik, jadi lagunya, konon ngambil dari Prince “anjing ini Prince dimananyah?!” . mereka ngambil dari artis-artis motown tapi kok gandeng gini? Hahaha.  Nah coba Lu perhatiin ada perubahan sejak ‘92, kata Hank Shocklee (The Bomb Squad), beatmaker nya PE. Kata dia gara-gara ada UU sample dia mulai bikin musik PE kaya sekarang. Nah yang Gua heran.. Itu si Madlib ama Jay Dilla itu gimana itu anjing Hahaha! Apalagi si Madlib sampling Aretha franklin aja udah jadi masalah tuh sebenernya..

Oh iya, si Dangermouse aja kena masalah tuh yang ama Beatles dan Jay-Z ya? Makanya si Jay Dilla yang album remix Beach Boys (Beach Boys VS J DIlla: Pet Sounds In The Key Of Dee) Itu Gua curiga juga kok dia ga kena masalah ya..

Gue curiganya sih itu album bootleg. Ato unreleased Cok..
Tapi Madlib yang Shades Of Blue (sampling band-band jazz Blue Note records) gimana tuh..

Oh itu kalo gue ga salah dia emang disuruh Blue Note recordsnya nge remix lagu-lagu jazz di katalog mereka. Ohh bisa jadi ada kerjasama ama records itu, cuma yang laen-laen nya nih gue ga tau ko mereka ga kena parah juga ya, padahal si J Dilla tuh sample nya layer-layer vokal. Nah mereka tuh kan perkecualian, cuma 1-2 beatmaker yang bisa kaya gitu sekarang-sekarang.  Sisanyamah semejak ada UU sampling itu jadi makin parah anjing teh Hahaha. Album paling parah PE itu yang setengahnya live..

Wah itu butut pisan.. Iya! anjing itu butut pisan (banget) anjing hahaha! Itu live lagi, bututnya astagfirrullah.. Kok PE bisa sebutut itu! Ada juga yang ngakalinnya kaya Dalek, dia sampling-sampling tapi trus dimasukin synthe, segala macem, jadi  keluarnya udah kaya Fennesz suaranya, udah ambience. Trus sampling ulang, sampling nya juga yang aneh-aneh kaya My Bloody Valentine, Faust…

Lu sendiri kemaren pas album Illshurekshun (Homicide) sampling dari mana aja? Banyak.. Tantang Tirani kan kebaca pisan itu Godflesh pisan.  Megatukad juga horn section nya ngambil dari Curtis Mayfield. Dari RnB, Motown, sampe metal juga ada disitu. Gua nyample Rarth juga ada. Cuman ga akan ketauan sih. Ada yang ketauan pisan tapi ahh anjing da orang juga ga akan nge-sue masalah copyright gitu, aman-aman aja kalo Gua sih. Buat kita-kita mah ya hajar-hajar ajalah. Semua source nya banyaknya dari CD, kalo plat jarang. Gua ga parah soalnya koleksi platnya. CD langsung masuk CDJ, trus masuk sample .

Lirik-lirik di lagu Lo pernah menjadi masalah ga? Oh banyak.. Banyak orang jadi ga suka ama Gua trus posting-posting di website mana gituh, Cuma ya itu hak dia, biarin aja. Cuma kalo udah ngegganggu, kaya misalnya email-email gelap, sms, ato posting di website Gua, ya Gua Tanya lagi, ajak diskusi, debat. Soalnya di lirik tuh keliatannya kan kaya Gua ga suka sama seseorang. Ada beberapa nama yang kalau dijadikan metafora cocok untuk mendeskreditkan sesuatu, tapi bukan untuk mendeskreditkan seseorang, karena emang metafornya seperti itu. Kaya yang lirik Harry Roesli itu bukannya Gua ga respect sama Almarhum, tapi dipakai untuk analogi. Layala (anak Almarhum) juga ga ada masalah, Cuma orang-orang banyak yang liatnya gimana gituh.

Kalo soal name-dropping dan analogi di lirik emang dikonsep? Iya. Soalnya kalau mau menjelaskan sesuatu pakai kata-kata itu panjang, kalo pake analogi kan cepet. Kaya misalnya yang “Lupakan Columbus karena Bush dan Nike telah menemukan Amerika”, jadi yang mendeskripsikan Amerika sekarang udah bukan Columbus, tapi korporasi. Kaya yang name drop si Itang Yunaz juga bukan berarti ga suka, tapi analogi aja.Kaya yang sepanas lubang anus kalian disodomi oleh korporat tanpa pelumas atau dengan populasi MC yang lebih padat dari Cicadas kan kita sama-sama tahu Cicadas padat, jadi analogi-anlogi kaya gitu tuh membantu banget.

Icon yang paling berpengaruh dalam hidup kamu yang semasa hidupnya banyak dibenci orang? Tan Malaka. Pada jamannya, selama hidup dia gak disukai semua orang. Diburu sama semua orang dia komunis tapi ga suka sama komunis partai, apalagi yang non- komunis.  Sukarno juga sebenernya ga suka sama Tan Malaka. Dari sayap kanan, kiri, tengah ga ada yg suka, soalnya dia emang slonong boy, kumaha manehna weh (gimana dianya aja) tapi rock ‘n roll. Apalagi kalo Lu baca cerita-cerita unpublishednya yang terakhir di Tempo. Itu brutal pisan. Anjing, Che Guevara tuh gak ada apa-apanya! Apaan Che Cuma travel ke-3 negara ini berapa puluh Negara. Parah ni orang! Udah selayaknya dapet kredibilitas, emang hidupnya juga udah iconic . nyamar gituh, sampe orang ga ada yang tau mukanya kaya apa.

5 orang yang Lu paling ga suka siapa? Ya yang pasti mah kalo ditanya sekarang gua bakal jawab Aburizal Bakrie. Aing ngewa pisan ka jelma eta. Haha. Pokoknya untuk saat-saat ini mah beberapa elit nasional yang emang menyebalkan di TV. Tapi pada dasarnya Gua emang ga suka sama banyak orang, pada dasarnya yang nomer satu itu adalah Aburizal Bakrie. Kedua Megawati. Ada juga orang-orang yang bertanggung jawab atas banyak hal, tapi orangnya udah ga ada, kaya Suharto. Oh iya, Muchdi PR. Ga personal sih, Cuma secara politis. Kalo buat Gua band yang tai itu Cokelat. Dulu prasaan ga ngewa-ngewa (Nyebelin) amat gituh kok jadi absurd gitu nasionalismenya, biasa-biasa ajalah, kaya kebanyakan ikut paskibra. Kok nasionalisnya irasional gitu yah? Kalo kaya band-band pasca Peterpan mah gausah disebut lagi, orang-orang juga udah pada tau mereka jelek. Kaya ST12 gitu Tapi kasian juga band-band kaya gitu… Soalnya mereka emang  niatannya pengen jadi band jelek. Siapa yah… SYAIFUL JAMIL! Saking sebelnya jadi lucu hahaha.. Kalo cokelat mah ga LUCU anjist! Haha.. Kalo Syaiful Jamil mah lucu!

Rencana kedepan dengan “kendaraan” baru Lo, Trigger Mortis? Musiknya Trigger tuh beda ya, kalo Homicide sampling yang dominan, kalo Trigger pake instrument analog. Secara lirik juga beda sih. Bentar lagi kita mau karantina, buat album, tapi Cuma 6 lagu, kaya album-album jazz klasik kan isinya Cuma 6 lagu.

Last words..? Mmm.. Apa ya.. Tapi bener kok.. Bener kok Cokelat jelek! Hahaha!

[interview&words.aldy kusumah / photos.idharrez / from ripple #65]

homicidetribute.multiply.com


i said: "kiss me, you're beautiful - these are truly the last days"
you grabbed my hand and we fell into it like a daydream or a fever
- Dead Flag Blues, Godspeed You! Black Emperor.

Sore itu saya terkaget-kaget ketika mengunjungi situs nekrophone.com. Biasanya dalam kurun waktu tertentu saya masuk kesitu untuk sekedar melihat kalau-kalau saja sudah ada update baru seputar informasi soal grup hiphop favorite saya, Homicide. Sore itu saya menemukan website mereka ditutup dan hanya menyisakan satu halaman dengan tulisan besar "HOMICIDE IS OVER" dan diikuti dengan kata-kata diatas tadi.

Saya sungguh menyayangkan bubarnya Homicide. Sungguh bagi saya pribadi, Homicide merupakan salah satu grup musik (dan satu-satunya grup lokal) yang begitu banyak memberi pengaruh bagi kehidupan saya secara personal.

Saya pertama kali mendengarkan Homicide ketika SMP di sebuah lagu milik Puppen, 'United Fist'. Sebelumnya saya pernah mendengar nama mereka hanya sebatas konon, dari kakak yang sudah cukup umur melihat mereka manggung di festival Hullabaloo ditahun 94-an. Dikala itu saya sama sekali tidak mendengarkan hiphop atau musik populer secara umumnya, maklum masih kelas 6 SD. Featuring mereka di album MKII milik Puppen itu cukup keras gaungnya, hipmetal waktu itu (atau gabungan antara metal/HC dan rap) belum begitu populer membuat lagu itu sangat stand-out pada masanya, terlebih di lokal. Dari situ saya mencari keberadaan dua MC yang konon tergabung dibawah nama Homicide sampai beberapa bulan kemudian saya mendapatkan album kompilasi 'Brain Beverages' yang berisikan band-band bawah tanah Bandung dan Homicide ada disitu sebagai salah satunya. Lagu mereka di kompilsi itu 'State of Hate' mencuri perhatian scene bawah tanah yang pada saat itu didominasi metal/punk/hc. Tiga orang MC; Aszi, Ucok dan Lephe, membelalakan mata scene lokal bahwa ada grup hiphop dengan aura pembrontakan yang begitu intens yang membuat hiphop tak lagi memalukan di tanah air. Namun hinga mereka bubar pun ternyata, mereka memang lebih eksis di scene HC/Punk dibandingkan popularitas mereka di scene hiphop sendiri.

Tahun demi tahun sesudahnya, Homicide tak pernah merilis apapun kecuali CD-R demo mereka yang beredar terbatas, rumor mereka tak pernah solid gara-gara banyak hal, mulai dari urusan kebanyakan terlibat di pergerakan sampai tak punya duit. Mereka hanya eksis dibeberapa panggung kecil namun cukup fenomenal, salah satunya saya pernah mendengar mereka berteriak 'Hiphop is Dead!' disebuah acara rap ditahun 2000, kontroversial disaat orang2 belum mengerti frase itu. Hingga pada tahun 2002 mereka menggebrak lagi, kali ini mereka datang dengan dua surprise; Lephe keluar dan dua MC sisanya, Ucok dan Aszi merilis materi luar biasa, split dengan Balcony "Hymne Penghitam Langit dan Prosa Tanpa Tuhan". Materi Homicide di split ini lah yang beredar kemana-mana, mp3-nya dikopi dari warnet ke warnet, PC ke PC terutama dua single klasik kontroversial mereka dari EP ini, "Puritan" dan "Semiotika Rajatega". Sempat pula jadi E.P bertitel "Prosa Tanpa Tuhan" dan beredar terbatas pula, dan di Malaysia dirilis ulang dengan diganti judul menjadi "Godzkilla Necronometry".

Lirik mereka begitu kuat, cerdas, tajam menyilet dan tanpa basa-basi menampar status quo baik dalam bentuk tradisi hiphop lokal yang menyebalkan hingga tradisi musik politik yang selalu begitu-begitu saja. Mereka menyuguhkan sesuatu yang benar-benar baru bagi saya. Politik yang menyebalkan ditangan (mungkin lebih tepat di'mulut') mereka menjadi begitu 'rock n roll'. Style mereka berevolusi sedemikian rupa hingga begitu intens-nya, dan tak pernah ada sebelumnya di khasanah rap tanah air. Saya pernah baca resensi mereka yang menyebut usaha mereka mengawinkan bahasa 'intelektual' dan bahasa 'terminal' (bahasa tak senonoh) dengan begitu solidnya. Begitulah, Setiap sisi rima mereka hampir tak ada celah kelemahan, kecepatan-nya yang merepet, flow ajaib, metafor brilian, kecerdasan kata-kata membentuk sebuah thought-provoking message yang nyaris sempurna.

Tahun-tahun berikutnya saya sempat mendengar mereka bubar, tepatnya Aszi aka Sarkasz yang menggantung mikropon dan meninggalkan Homicide dalam status tak jelas selama berapa lama. namun ini kemudian dibantah lagi dengan dobrakan dahsyat selanjutnya. The Nekrophone Dayz pun dibuat tahun 2006 awal dengan gelombang dampak lebih gila lagi. Album semi antologi itu mendapat review positif dari media bawah tanah hingga Rolling Stone dan Jakarta Post. Kali ini menghadirkan track2 baru dimana Ucok sendirian menggenggam mic tanpa menghilangkan sedikitpun kebuasan Homicide dalam hal lirik dan musik. bahkan lagu klasik baru lahir di album ini, dari 'Rima Ababil' hingga 'Belati Kalam Profan' dan tentunya track yang menggetarkan hati, 'Barisan Nisan'.

Dari mereka pula saya mendapatkan perspektif baru mengenai politik. Politik yang menurut mereka tidak selalu berurusan dengan negara, parlemen dsb. Politik dengan 'p' kecil, bukan 'P' besar. Politik yang begitu menggairahkan, karena mereka mendobrak sekat anatara isu politik dan isu personal dengan begitu gamblangnya. Bahwa menentukan arah hidup kita sendiri dan berbagi kehidupan adalah isu politik yang paling penting. Ujar Ucok "menjalani hidup sehidup mungkin" adalah sebuah keputusan politik paling menentukan dalam hidup kita, yang kurang lebih artinya menolak tunduk pada arus hari ini, menolak satu blueprint tentang kehidupan, dan menjadikan hidup sebagai sebuah 'proyek' yang hanya akan berujung selesai jika kita mati.

Terus terang, ini cukup banyak memberi saya arti. Homicide lebih dari sekedar memperkenalkan bentuk hiphop yang lain, atau mengenalkan saya pada banyak wacana diluar sana. Namun semua yang bagus dalam hidup memang cepat selesai, meskipun 13 tahun itu tidak sebentar, saya tetap menyayangkan Homicide bubar. Saya sempat mendengar Ucok meneruskan proyek Homicide dengan membentuk grup baru, Trigger Mortis. Saya menaruh banyak harapan disini. Semoga proyek musikalnya atau apapun itu, tidak berhenti sampai disini.

Adios Homicide, thanks for inspiring years..., we owe u inspirations.

Minggu, 01 April 2012

Trojjafocka - Ilalang Pencakar Langit (Narasi Style) by KALIPSO (Kasultanan HipHop Solo).
ILALANG PANCAKAR LANGIT
Langit biru bersembunyi dicelah jinganya mentari
Embun bening berubah menjadi hitam tak berbenih
Asam keringat berubah menjadi toxin biohazart racun kimiawi
Diantara bising mesin kendaraan ku berdiri
Diantara debu-debu jalanan ku melihat kejamnya modernisasi
Dan diantara ke egoisan umat manusia yg berlalu-lalang
Bagai hama dalam semak-semak benalu yang menjulang
Tertunduk seorang tua terseok dalam cakar-cakar pencakar langit
Mengais sesuap nasi dibawah panasna api mentari
Teracuni racun-racun ekonomi yang siap menghabisi
Bayangan tembok beton gedung mewah menutupi semua kenyataan
Nafsu duniawi membutakan mata hati sebuah kemanusiaan
Gemerlap inci 24 karat menjadi pembanding dan membuat sekat
Seribu………..sekat antara si miskin dan si kaya
Lihat..lihat lah mereka mereka para pemuja harta
Pemuja materi uang harga dimata dianggap ada
Tautan tangan setan menjulang para pencakar langit
Memblokade tingkatan kasta kasta dan trah masyarakat kelas bawah
Siapa sebenarnya yang lebih rendah?
Mereka terlalu egois untuk melihat kebawah
Bahkan mereka berteriak jijik saat mencium bau busuk sampah
Ha…haaaa…..haaaa…….
Persetan dengan para belatung-belatung pencakar langit bertuhankan harta dan tahta..
Wahai kau ilalang diantara pencakar langit..
Tagakakan kepala dan busungkan dadamu saat kau melawan tembok beton dan jalanan aspal yg keras berbatu..
Jangan kau menjadi anggrek ditaman kota yang mewah,tetap lah kau menjadi ilalang yg kokoh berjuang dibawah para pencakar langit dalam Negara Tanpa Logika..
Lihat…lihat lahhh wahai semua manusia..
Bukalah mata kalian dan pandangi apa yg terjadi di negri ini..
Banyak pembodohan rekayasa para pembuat aturan..
Haaaiiiiiii kau yang diatas sana,turunlah kebawah..
Lihat lah dibalik bayangan gedung penyimpan uang dan harta kalian..
Bagaimana jika dunia yg kau anggap surga terbakar dan berubah menjadi neraka jahanam yg siap menikammu dibalik semua kemewahanmu..
Sebanyak hartamu tak kan mungkin bisa untuk membeli sang sakala
Para penjagapun memperjual belikan hukum dan sel penjara..
Ruang pesakitan berubah menjadi hotel bintang lima..
Dan bagi kita para pejuang bawah tanah yg berusaha dibumi hanguskan ingatlah…
Bukan bagaimana cara kita berjuang,tapi untuk apa kita berjuang..
Bukan bagaimana cara kita berkorban,tapi untuk apa kita berkorban...
Dan bukan bagaimana cara kita berperang,tapi untuk apa kita berperang...
Lantangkan suaramu didepan para anjing2 berdasi
Acungkan kepal tanganmu dimuka tikus2 bersafari
Semangat hidup adalah senjata kami....
Setiap inci kata adalah peluru kami...
Setiap makian adalah mortir kami...
Setiap nafas adalah surga kami...
Angkat kembali bambu-bambu runcing kalian...
Kibarkan Merah Putih diatas gedung pencakar langit...
Biarkan para ilalang berubah merah oleh darah kami...
Mari kita ingatkan kembali mereka2 bahwa dari darah dan nyawa negara ini berdiri..
Teriakan suaramu dengan lantang...
Berlarialah secepat kilat cahaya terang...
Dobrak lah belenggu-belenggu rantai para tai-tai tirani...
Bagimu negeri jiwa raga kami..
Hingga dimana saat Tuhan ambil kembali jiwa ini..
Kami adalah satu bukti sisa-sisa semangat juang abadi
Tak kan hilang tunas-tunas kami
Gugur satu tumbuh seribu dan siap kembali lagi
Pesan ini kami sampaikan untuk mu wahai penguasa negeri
Bukan dirimu yang sebenarnya berkuasa disini
Kami lah yang memegang kuasa
Rakyat bersatu tak kan terkalahkan..rakyat bersatu tak bisa dikalahkan..

Rabu, 21 Maret 2012

BARISAN NISAN


Homicide - “Barisan Nisan”
Catatan: "Barisan Nisan" dirilis pertama kali sebagai mini album (EP) oleh mereka sendiri dalam bentuk CD-R, dengan cover di print digital berjumlah 100 kopi. Setahun kemudian mini album ini dimasukkan sebagai bagian dari  semi-anthology mereka yang terkenal "The Nekrophone Dayz" dibawah label Bandung; Subciety Records.

Tracklist:
  1. Barisan Nisan
  2. Senjakala Berhala
  3. Belati Kalam Profan
  4. Rima Ababil
  5. Sajak Suara
  6. Nekropolis
  7. Membaca Gejala Dari Jelaga
All tracks and remixes produced by Morgue Vanguard for NekroCypherz Produkshun
All lyrics written by Morgue Vanguard
Recorded and mixed and mastered at NekroGuerilla Lab and Cronik Headquarters DJ Scratchy
Homicide Collective in this Project: Morgue Vanguard & DJ-E

BARISAN NISAN
Matahari terlalu pagi mengkhianati. Pena terlalu cepat terbakar.

kemungkinan terbesar sekarang adalah memperbesar kemungkinan pada ruang ketidakmungkinan sehingga setiap orang yang kami temui tak menemukan lagi satupun sudut kemungkinan untuk berkata tidak mungkin tanpa darah mereka mengering sebelum mata pena berkarat dan menolak kembali terisi.

Sebelum semua paru disesaki tragedi dan pengulangan menemukan maknanya sendiri dalam pasar dan semerbak deodoran. Atau Mungkin dalam limbah dan kotoran atau mungkin dalam seragam sederetan nisan. Atau mungkin dalam pembebasan ala monitor 14 inci yang menawarkan hasrat pembangkangan ala Levi's dan Nokia atau dalam 666 halaman hikayat para bigot dan despot yang menari ketika jelaga Azaghtot berangsur menjadi kepulan pitam berselubung Michael Jordan dipojokan pabrik-pabrik makloon para produsen kerak neraka berlapis statistik, pembenaran teatrikal supermall dan opera sabun panitia penyusun UU pemilu yang mencoba membanyol tentang kekonyolan demokrasi, yang rapih berdasi menopengi mutilasi pembebasan dengan sengkarut argumen basi tentang bagaimana menyamankan posisi pembiasaan diri dihadapan seonggok tinja para sosok pembaharu dunia bernama pasar bebas dan perdagangan yang adil, untuk kemudian memperlakukan hidup seperti Akabri dan dikebiri matahari yang terlalu pagi mengkhianati.

Dan heroisme berganti nama menjadi C-4, Sukhoi dan fiksi berpagar konstitusi. Menjenguk setiap pesakitan dengan upeti bunga pusara dari makam pahlawan tetangga bernama Arjuna dan manusia laba-laba, dari Cobain hingga Vicious, dari berhala hingga anonimus bernama burung garuda Pancasila yang menampakkan diri pada hari setiap situs menjadi sepejal bebatuan yang melayang pada poros yang sejajar dengan tameng dan pelindung wajah para penjaga makam Fir'aun ber-khakhis yang muncul 24 jam matahari dan gulita bertukar posisi disetiap pojokan, bahkan di kakus umum dan selokan, mencari target konsumen dan homogenisasi kelayakan.

Maka, setiap angka menjadi 'maka' dan 'makna', ketika kita disuguhi setiap statistik dan moncong senjata dengan ribuan unit SSK untuk menjaga stabilitas, stabilitas bagi mereka yang akan dinetralisir karena menolak membuang buku Pantone sebagai panduan kebenaran sejak hitam dan putih hanya berlaku dihadapan mata sinar Xerox. Menolak terasuki setan dan tuhan yang mewujud dalam ocehan pencerahan kanon-kanon tumpukan Big Mac dan es krim Cone yang berseru;

"Beli...beli...beli..., konsumsi..., konsumsi kami, sehingga kalian dapat berpartisipasi dalam usaha para anak negeri yang berjibaku untuk naik haji !!!"

Oh, betapa menariknya dunia yang sudah pasti, menjamin semua nyawa dan pluralitas dengan lembaran kontrak asuransi, dengan dengan janji pahala bertubi, dengan janji akumulasi nilai lebih, bursa saham, dan dengan semantik-semantik kekuasaan yang hanya berarti dalam kala ketika periode berkala para representatif di gedung parlemen memulai tawar-menawar jatah kursi dan kekuatan hanya berlaku pasca konsumsi cairan suplemen tonik dan para bigot bertemu kawanan dan cinta hanya akan berlabuh setelah melewati sederetan birokrasi ideologi berwarna merah, hijau, hitam, kuning dan biru, merah, putih dan biru, merah dan putih.

Oh, betapa indahnya dunia yang berkalang fajar poin-poin NAFTA sehingga pion-pion negara yang berkubang dibelakang pembenaran stabilisasi nasional menemukan pembenaran evolusi mereka dengan berpetangkan saluran-saluran pencerahan para rockstar yang lelah berkeluh kesah kala peluh mengering kasat di hadapan pasanggiri lalat-lalat pasar dan kilauan refleksi etalase dan display berhala-berhala, berskala lebih thagut dari ampas neraka diantara robekan surat rekomendasi para negara donor perancang undang-undang dan fakta-fakta anti-terror, para arsitek bahasa penaklukan, para pengagung kebebasan, kebebasan yang hanya berlaku dihadapan layar Flatron, kemajukan ponsel, demokrasi kotak suara dan pluralisme gedung rubuh,

Oh, betapa agungnya dunia dihadapan barisan nisan yang dikebiri matahari dan terlalu pagi mengkhianati.

Maka, jangan izinkan aku untuk mati terlalu dini, wahai rotasi CD dan seperangkat boombox ringkih. jangan izinkan aku mendisiplinkan diri ke dalam barisan, wahai bentangan celuloid dan narasi. Dan demi perpanjangan tangan remah di mulutmu, anakku, jangan izinkan aku terlelap menjagai setiap sisa pembuluh hasrat yang kumiliki hari ini. Demi setiap huruf pada setiap fabel yang kututurkan padamu sebelum tidur, zahraku, mentariku, jangan sedetikpun izinkan aku berhenti menziarahi setiap makam tanpa pedang-pedang kalam terhunus, lelap tertidur tanpa satu mata membuka, tanpa pagi berhenti mensponsori keheningan berbisa, tanpa dilengan kanan-kiriku adalah matahari dan rembulan, bintang dan sabit, palu dan arit, dan bumi dan langit, lautan dan parit, dan sayap dan rakit hingga seluruh paruku sesak merakit setiap pasak-pasak kemungkinan terbesar, memperbesar setiap kemungkinan pada ruang ketidakmungkinan sehingga setiap orang yang kami temui tak menemukan lagi satupun sudut kemungkinan untuk berkata tidak mungkin tanpa darah mereka mengering sebelum mata pena berkarat dan menolak kembali terisi.

Dan matahari tak mungkin lagi mengebiri pagi untuk mengkhianati.

SENJAKALA BERHALA
Merapat ke barikade terdepan berhadapan dengan ribuan batalyon anjing penjaga para tiran / saat senjakala berangkat pada lanskap panoptikan / merancang kekuatan diluar jalur kepatuhan semodel Vatican / prototype target dunia pasca keruntuhan gedung kembar / dari belukar akumulasi peluh pasar / penakar pelunturan hegemoni bacot konservatif / dan pelumuran racun tikus pada sesajen didepan altar / bernazar keluar dari agenda berangkal / untuk hidup lebih hidup dari logika promosi Star Mild / merebut boombox dari tangan b-boy berbacot dangkal / oponen pembenam katarsis yang tak memiliki penangkal / membongkar dikotomi ilusi Kafka dan distopia Bolshevis / dan kesunyian berbau amis / aku adalah Israfil yang sama pada album foto Intel / membuang terompet/ Daud yang sama yang muak dengan kerikil dan katapel / MC gabungan kesalahan  yang dilakukan tuhan dan setan / untuk ritme yang menjadi rutan/ hutan menjadi urban / laknat menjadi kutukan/ ambil mikrofon katakan / Pemilu adalah candu dan valas bukanlah tuhan / dihadapan majikan lipan logika pesugihan / para imam pasar yang membuatmu membutuhkan pahlawan / yang tak akan pernah datang pada medan pelemparan puputan saat senjakala berangkat dan tamat pada lanskap tak bertuan

CHORUS
Kalam pemanggil arwah yang menziarahi pitam / dengan disiplin penggali kubur dan ketegaran penjaga makam / dengan ruh asap bulan ke lima yang membakar langit / dan senjakala berhala yang datang bersama hangus dan hangit

oponen demokrasi yang berbicara dalam bahasa lintah / yang sesak muak dibebani titah, aksen pada lidah / tak berpatenkan tameng dan argumen anti-dekaden / testamen pembenar invasi Bush Bin Laden yang mengabsen bahaya laten / oponen demokrasi yang berbicara dalam dialek lipan / sejak tirani mayoritas adalah kaisar dari semua tiran / sejak pembangkangan merajut logika lama yang sama menjijikan / se-firaun perpanjangan dajjal logika perwakilan / libido Victorian, kontol Kantian, ahlak pajangan, moral ketengan / semerbak basah tanah pekuburan, peduli setan kalian fatwa sukmaku najis / senjakala ini memakar kegelapan yang diklaim para iblis / petang kesabaran yang hampir habis / pada hari para tuhan dan setan sibuk berperang melawan para teroris / mengantar ancaman fasis pada hari surga-neraka bersimbiosis / atas nama pembangunan basis aliansi taktis antara Mc Donalds dan hadis / ludah para rasis yang membuat aspal sehanyir amis / baris demi baris, ekonomi iman statis membai'at / "kepada pedang dan replika malaikat kami berpihak" / atau mengkafiri jemaat di gerbang surga keajaiban kompetisi dengan suara bijak / maka plot berpinak / menyerupai kloningan kotbah gincu dari mulut para pahlawan yang tak akan pernah datang pada medan pelemparan puputan / saat senjakala berangkat dan tamat pada lanskap tak bertuan

BELATI KALAM PROFAN
ditulis malam pertama pemusnahan total para oponen / para despot yang menahun bermimpi tentang dunia yang homogen / kami jawab tantangan gelap dengan hunusan kalam puputan / bagi para sponsor pembangunan altar detasemen dua angka delapan / dengan prosa yang bernafas dalam kubangan bangunan / yang kalian rancang / dibawah nisan yang kalian pancang / bagi para pagan yang mati menyusuri jalur ziarah / pada situs yang menampung gunungan pahala seamis darah / segelap pitam para penghuni neraka yang kalian ciptakan / bersama mimpi buruk yang kalian kirim lewat tingkatan / kasta dan jurang pemisah yang kalian sebut takdir / yang kami sumpah semua meruntuh lebih cepat dari hitungan jam pasir / kalian citrakan kasir sebagai penanda datangnya surga di muka bumi / berlindung dibalik kosakata stabilitas dan konstitusi / belati para profan, dibawah serapahmu kami bersumpah / lebih baik kami mati terlupakan daripada selamanya dikenang orang karena menyerah //

hunusan belati penasbihan penghabisan

Rima ini lupa berduka terluka sedemikian rupa / sehingga bernazar untuk hidup tanpa hamba dan paduka / murka tanah tua jawa yang membabi buta mencari ghurka / dari dupa kotak suara demokrasi dasamuka / karena rima ini adalah pusaka perusak tameng / para pengecut yang bersuaka / dibalik rentetan angka dan pujian pada prasangka / aku adalah sumber petaka / bagi semua tuhan dan iblis yang membangun dunia / diatas undang-undang dan fakta / bagi para arsitek dunia pasca keruntuhan / para idiot seperti Aidit, berkas bank yang kau audit, / invasi kultural MTV dan Coca-cola / Sejak mulut Faisol Reza sudah se-fasis pedang para GPK / yo, dihadapan ratusan barisan nisan, ribuan tumpukan Big Mac / dan kontrol intelejen perpanjangan tangan / neo-imperealis yang bersenjatakan pasar dan hutang/ aku berdiri tegak dengan hunusan belati penasbihan penghabisan / aku permanen bernubuwat layak ribuan riff Azaghtot / bagi semua b-boy yang bersampah bacot / hingga hasratku berkarat, hingga hikayat kepalanku tamat / hingga kepala Siti Jenar berpulang pada para jasad / Marley, Malaka, Morrison, Monroe dan Sabate diatas horizon / kanon yang meluluhlantak semua antek panoptikon / rima ini bergerak lamat, belatung pengerat / keyakinan para Lenin yang dilanda kemiskinan filsafat

RIMA ABABIL
karena khalayak tak pernah salah memuja thagut penampakan / maka kalian adalah terdakwa yang terlalu mendambakan / domba tanpa gembala, wujud tanpa kepala, dunia tanpa pandawa / sumpah aral kuasa tanpa palapa / merakit dunia tanpa manual tunggal / mengepal surga neraka yang manunggal / di ujung hari yang berlangit sepekat aspal / di petang para dajjal neoliberal meminta tumbal / karena buku sejarah ditulis dengan darah / dengan anggur dan nanah, dengan kotbah dan sampah / maka argumen terlahir dari kerongkongan korban / digorok dipagi buta di lapangan pedesaan / dikubur bernafas dimalam semua kutukan / menaruh rima diatas hitungan ritme pukulan rotan Brimob / pengganti aroma Smirnoff, berakhir / layak hasrat Deborg berepilog tanpa akhir / kombinasi mutakhir para gerilyawan Kashmir, / Tolstoy dan B-boy yang menari diatas pasir / hingga para aparat Gomorrah tak berdiri tanpa dipapah / hingga berhala yang kau sembah merata dengan tanah / dengan khasanah busur serapah tanpa panah / dengan ranah yang merubah kotbah yang menjadi limbah / dengan lanskap penuh kesumat, despot melaknat / penuh bigot yang bersandar pada jaminan polis dan jimat / maka kupinang kepalan pelumat / tirani valas yang tak pernah tamat memplagiat kiamat / hingga liang lahat, dengan eskalasi perang badar / membakar akar penyeragaman bawah sadar / pasca kolonial pasca neraka horizontal / pasca bumi dan langit, aku dan kau menjadi wadal / sejak para kaisar merapal mantra anti-makar / sejak para patriot tak pernah sadar menjadi barbar

CHORUS:
rima ini kurancang untuk menantang mitos / hegemoni rezim dewa logos / kurancang rima ababil yang bidani holokos / jika kau bangun kastilmu tuk mendominasi kosmos

antitesa dari semua petuah para tetua / penguasa gua, gabah dan semua kutukan tak bertuah / rima ini adalah hitam merah tetesan darah / pemusnah lintah bendungan siklus hasrat dan amarah / ludah para penadah gejah yang menawar bid'ah / yang lupa melawan titah, kerajaan risalah, / pemungut arwah peluluh lantah kaki tangan kepala berhala yang ku nujum punah / serupa jalur ziarah satuan batalyon lakon / yang membantahkan konon gurita monitor panoptikon  / dan jargon perluasan koloni kanon / perpanjangan netra Mossad dan agenda titipan Pentagon / agen intelejen berbisik dalam dialek dekaden / berdiskusi tentang ribuan ancaman bahaya laten: / lumpen yang membangkang, hedonis yang mencoba terbang / sufi yang menjangkau terang dan anarkis yang meronta kekang / rima ini adalah kontra komando, menolak berkarat /  di pengujung tengat m'rancang beliung serupa tornado / untuk balans yang banal, balada dalam kanal dialog satu arah sejarah yang berkoar bertemu final / hingga satu subuh para sayap terentang, menantang menara rutan dengan kesadaran para pecundang / berembuk di pojokan selokan desa dan urban merakit plot armamen ababil sebelum mentari datang / sebelum cenayang industri keluar mencari mangsa / menuai bara dari pusara kalam dan makam wacana / kesucian taklid yang menyuburkan bencana / para penikam punggung dan para pengkhianat lantai dansa/ pasca kolonial pasca neraka horizontal / pasca bumi dan langit, aku dan kau menjadi tumbal / sejak argumen hanya berkisar di pusaran selasar / surga dan neraka, kontol, isu kelentit dan biji zakar, yo

NEKROPOLIS
Memanggil arwah dengan hangit dan bensin / Lanskap yang sesunyi makam dan sebusuk aroma balsam Lenin / padat khalayak serudin lalat, sefatal toxin, se-rutin angin / dan suci sepalsu putihnya secarik kain kafan / menara rutan, filsafat mutan, statistik selokan, komando tuhan, / perintah setan, fatwa dan kutukan pembusukan / pakan pahlawan dengan rotan PHH dan kacamata intel Kodam / sejarah yang mengkusam merancang godam / dari kalam prosa terkelam pada festival langit yang menghitam dan pitam yang membuat perhitungan dengan kemiskinan / koloni pasar bebas dan jaringan telepon genggam / dan kota ini kan menuai banyak bara dan samsara / lebih banyak dari dana anggaran tahunan bagi para tentara / merakit angkara bagi semua badan dunia yang merancang bencana / dan silahkan cium lubang anus kami yang memberaki setiap lencana

Kota yang menghirup senyap dan hidup bernyawa dalam gelap / dalam ruang arsitek pemiskinan yang menolak melenyap / bernafas dalam senyawa gejah, limbah dan serapah / yang dinyanyikan angkasa yang bersulang untuk mimpi para penjarah / sepah amor, amok yang murka mengusung anok / ditepi ngarai paradoks dengan belati pada tembolok / fasih berkawih tenor dalam nada minor wajib lapor dan horor / bagi semua anggota parlemen yang mengesahkan testamen anti-teror / se-hangit aroma penjarahan bulan ke-lima / se-agung penyatuan ruh dinding sel dan kausa-prima / kota ini sudah sesak keringat yang harus dikonsumsi / sebagai ganti energi yang surut melihat kontes pahlawan palsu seperti Genbi / Penebusan hasrat menangkis dengan leher kacung Anubis / ketika katarsis diperoleh dalam bentuk logo dan karcis / praksis hasrat dan nalar yang tak bisa dijamin dengan polis / rutan rigor mortis dan dominasi hirarki Nekropolis

MEMBACA GEJALA DARI JELAGA
Dear Sarkasz,
Kita berangkat dengan rima dan kopi secawan / berkawan dengan bentangan kalam yang menantang awan / kita menggalang pijakan dari hulu waktu yang membidani zaman / dimana microphone digenggam dengan hasrat menggantang ancaman / mengkafani kawanan srupa lalat dari pusat pembuangan sampah / menyisakan potongan kalimat profan berceceran / bernazar membuat tiran berjatuhan / dengan luka sayat dari medan perang puputan / kita tantang kutukan, kita kutuk pantangan / sehingga setiap angan paralel dengan surga-neraka dan dalil langitan / serupa komando yang meluncur dari Mabes hingga Koramil / serupa toxin yang berselancar pada darah sebelum maut menjemput Munir / menyisir petaka yang membiarkan mereka menggadaikan pasir / pada pantai, pada bumi yang penuhi oleh barcode dan kasir / yang menghibahkan filsafat pada para vampir / pada mereka yang melabeli setiap oponen dengan stempel kafir / pada mereka yang datang pada malam terkelam /  saat cahaya hanya datang dari belukar ditengah makam / kita pernah sisakan harapan yang esok siap cor menjadi belati / pikulan beban serupa pitam yang kembali berhitung dengan mentari

dengan tangisan bayi yang mengajarkan kembali bagaimana menari / bagaimana mengingat janji dan mengepalkan jemari / bagaimana seharusnya hari-hari berbagi api / bagaimana menyulutnya pada nadi dan mengumpulkan nyali

dan semua darah bertagih telah kita bayar lunas / sejak kalimat angkara kita terlanjur menjadi lampiran kajian Lemhanas / kau dan aku tahu pahlawan tak lagi datang dari kurusetra / namun dalam bentuk donasi mie instan ditengah bencana / sejak tanah basah ini menagih janji mata yang dibayar mata / sejak mata sungai menagih suara mereka yang hilang di ujung desa / sejak kebebasan hanya berarti dihadapan kotak suara / sejak para ekonom memperlakukan nasib serupa statistik ramalan cuaca / telah khatam kita baca semua analisa semua neraca / semua muslihat tai kucing yang membenarkan semua prasangka / kita belajar membaca gejala dari jelaga / pada malam-malam terhunus dan waras kita terjaga / memaksa tidur dengan satu kelopak mata terbuka / menahan pitam tanpa riak serupa telaga / serupa hasrat yang dipertahankan setengah mati tetap menyala / pada setengah hidup kita yang mengalir mencari muara / serupa udara / membutuhkan amis darah agar sirine tetap mengalun / agar waras diingatkan tentang wabah yang akut menahun / tentang pagut yang santun, yang memusuhi pantun / yang membakar habis hasratmu setelah dipaksa dipasung / mungkin kau ingat tentang petaka yang dalam hitungan kurun / waktu singkat berubah menjadi rahmat / merubah alam bawah sadar hingga terbiasa dengan mayat / sekarang merubahmu kasat didepan deretan kalimat / bergabung dengan para mata yang terbiasa terang bersama pekat /

serupa kepastian, serupa asuransi / serupa janji yang meprediksi dimana kau suatu hari nanti dengan pasti / sehingga semua pertanyaan kau tinggal mati / sehingga rimaku dan terompet israfil dapat bertukar posisi

* simply, a letter to a lost friend.

interview oleh majalah SNIFF

Ini adalah salah satu interview terakhir dengan Homicide sebelum mereka bubar, seperti biasa dijawab oleh Ucok, interview ini dilakukan oleh majalah SNIFF, namun konon mereka tidak sempat menerbitkannya, entah atas alasan apa. Yang pasti ini salah satu interview yang bagus dengan Homicide. Silahkan baca saja sendiri. terimakasih buat bung Freerenton (freerenton.multiply.com) yang sudah mem-publish ini di blog dia.

anggapan yang terungkap setelah Post saya sebelumnya tentang materi-materi unpublished Sniff membuat saya senang.. here's another one for you...
Ini Adalah Interview dengan Ucok, sosok inspiratif dari aksi hip-hop agresif Homicide yang saat itu masih "hidup", kemudian terungkap oleh Interview yang dilaksanakan senior-editor Sniff Alfian ini, bahwa saat itu Homicide sudah berada di ujung jurang. so, sejarah mencatat bahwa interview ini adalah salah satu interview terakhir yang pernah dilakukan Ucok atas nama Homicide. I'm so glad i can bring this out for you all... enjoy...



Hai, apa kabar? apa nih kesibukan terakhir?
Baik. Wah, banyak... yang mana dulu nih. yang pasti sih ngasuh anak, gawe dsb itu makanan sehari-hari saya. sisanya... mungkin ya seperti biasa juga; aktivisme, bikin album baru, manggung… apa lagi ya?

Segala yang SNIFF terima sejauh ini tentang Homicide adalah karya terbaik yang pernah dibuat! Apa ada yang salah dengan pernyataan ini? Dan siapa saja yang masih aktif di dalamnya dan ambil bagian menyelesaikan album terakhir kemarin?
mmm…, salah apa bener sih justru saya nanya ama kamu.. hahaha, kalo buat saya sih karya ya karya aja, dan seperti hal nya karya lain, pasti saya berusaha yang paling baik...sekarang homicide, terdiri dari empat orang personil inti, yaitu saya (MC dan produser), Mada (sampler dan produser), Iwan aka DJ E (turntables), dan Andre di gitar. Kalo album terakhir kemarin sih berhubung anthologi ya banyak

Apa respon terhadap album documentary kalian, The Nekrophone Dayz? Tertulis di comment Myspace kalian, Cd ini bahkan diapresiasi di luar Indonesia . Siapa sebenarnya target penjualan album ini?
Kalo respon sih banyak. Bisa cari di web juga banyak kok, review dari beragam orang yang punya pendapat berbeda juga, dari Rolling Stone sampe Jakarta Post sampe Klanks Webzine..., kalo kawan-kawan luar negeri mengapresiasi itu kebeneran aja cd nya nyampe ke mereka.., karena sebenernya distribusinya cuman lokal doang. Mungkin ada yang distribusiin di luar negeri, maksudnya beli putus lalu di jual disana. Trus target penjualan, wah nggak ada target.... siapa aja.

Bagaimana kamu mengklasifikasi musik Homicide?, maklum orang awam yang lebih mengenal Eminem ketimbang Public Enemy akan menafsirkan music dan attitude kalian, wah!! Anjing!! hip hop cerdas nih..liriknya, politikal euy, ini Hip Hop atau Punk sich?
Pada dasarnya ya Hip hop aja..., cuman pengaruhnya yang beda dengan hip hop lain, atau mungkin memang punk yang pengaruhnya kebanyakan hip hop, bisa juga kan ? yang pasti sih saya ga peduli ama pengklasifikasian musik. Bagus ya bagus, jelek ya jelek. Mau punk atau hip hop sama aja

Soal rilisan album full length terakhir, apakah itu sebuah pemuasan ego seorang Ucok yang masih keukeh bikin Homicide eksis atau sebuah laten kekecewaan atas apa yang terjadi pada Homicide, terlepas dari apa yang kamu kutip dari Refused, “Rather be forgotten than remembered for giving in!”
Ego sih pasti. Manusia hidup harus punya ego. itu yang ngebedain manusia dengan mayat, selain ruh tentunya, tapi ego bukan untuk dipuasin. Jadi lebih bisa disebut pengaplikasian ego pada kehidupan sehari-hari yang banyak berbenturan dengan banyak hal tapi musti tetep jalan. Kekecewaan juga bukan, kutipan refused itu sendiri bukan untuk nunjukin kekecewaan tapi lebih berupa nazar yang harus diingat kalo pengen tetep waras

Kenapa homicide tidak bubar saja dan kamu bisa saja kan membuat band dengan karakter baru? lalu apakah Ucok sekarang adalah individu yang masih berharap Homicide seperti 11 -12 tahun lalu?
Nah, memang rencanya seperti itu..., tapi kami pengen bubar dengan indah...makanya saya ajak Aszi aka Sarkasz balik lagi di album yang lagi digarap sekarang, mini album terakhir sebelum bubar beneran dan saya bikin band baru setelahnya. Saya sendiri udah cape jalan pake nama Homicide, cuman kemarin rasanya belum tuntas aja, masih ada niat nutup babak terakhir

Apa sebenarnya yang kamu suarakan dalam Membaca gejala dari jelaga ? Apakah itu makna kesedihan seorang Ucok yang dikemas dengan balutan obituari persahabatan dan nuansa kematian yang signifikan, terkait dengan kover dan konsep album itu sendiri dan seolah kamu pingin dunia mengetahui emosi seorang Ucok pada saat itu..
mungkin ya...., banyak hal yang mempengaruhi pembuatan lagu itu..., salah satunya jelas, kehilangan saya atas cabutnya aszi pada saat itu..., tapi kalau diliat lagi, lirik itu bukan melulu soal aszi, meski ditujukan buat dia. Saya bicara tentang dunia yang menyerah pada rotasi kompromi hingga membuat banyak individu hidup ala kadarnya...

Melihat lyric sheet dan sleeve album kalian, beragam buku yang bernuansa subversif/ resistansi/ edgy jadi image yang mewakili kalian ketimbang potret diri. Kenapa tidak ada image kalian? Mungkin ada sedikit penasaran di benak saya seperti apa orang - orang dibalik Homicide.. hehehe…
Hahahha ga penting kan ?

Lirik kalian begitu tajam dan penuh metafora hingga sarkas. Menggabungkan dua kepala untuk menciptakan lagu semacam ini pasti tidak mudah, kini ketika kamu tinggal sendiri apakah justru lebih mudah dalam berkarya atau tambah susah, perubahan apa yang paling mendasar untuk bagian rima ini? Jika boleh tahu Puisi siapa yang paling menggugah di matamu?
Pertanyaan sulit... karena memang dulu konsep homicide memang saya dan aszi yang saling melengkapi dalam membuat bangunan rima, tapi saya sempet ragu untuk nerusin homicide pas dia cabut, ini berlangsung hampir 1 tahun yang mengakibatkan vakum-nya homicide hampir selama itu..., kira-kira 2003-2004-an lah. Kalau ditanya soal lebih mudah yang mana, jawabannya ga ada, bikin lirik mau sendirian atau berdua kalau gampang ya gampang, susah ya susah. Yang ngebedain cuman prosesnya aja, buat saya sendiri, palingan yang jadi poin lebih pas sendirian adalah soal pengambilan keputusan yang lebih mudah bukan soal bikin lirik, saya ga harus diskusi ma aszi soal ini-itu, yang kadang jadi banal juga, mentok sempet. Tapi ya itu harga yang harus saya bayar karena nerusin homicide sendirian

Hip Hop Indonesia dan masa depannya!, apa yang menyebabkan musik dengan genre ini begitu minim apresiasi jika dilihat dari kuota artis dan album yang dirilis?
Wah buta tuh saya soal beginian, terus terang ga peduli, hahahaha!

Apa kamu masih menganggap Hip Hop itu terdiri dari 2 unsur, yaitu : 2 microphone, Kau dan Aku..kamu menyadari Hip Hop itu seharusnya sharing Ego bukan adu Ego, apa karena MC Battle udah populer sekarang bahkan Saykoji meletakkan satu track Battle pada record mereka yang terdengar kampring- lalu Homicide berhenti melakukan MC Battle
Bukan lantaran saykoji yang pasti sih, hanya saja, battle udah jadi semacam satu-satunya parameter untuk mengukur nilai di hiphop. Meski betul, battle bukan satu-satunya. Hiphop adalah kehidupan, dalam kehidupan ga cuman kompetisi...., kooperasi juga penting

Jika kamu menjadi sadar akan politik dan subversivitas karena mendengar Crass di masa kamu kuliah dan mengalami masa saat menjatuhkan rezim Soeharto, lalu apa yang salah dengan generasi sesudah kamu yang secara informasi dan teknologi lebih mudah mengakses hal semacam itu, justru tidak memulainya sebelum masa masa kuliah, kenapa band seperti Homicide terbilang langka, bahkan untuk kapasitasnya dalam kultur HcPunk sendiri?
Entahlah..., saya juga ga bisa jawabnya. Mungkin..., ah ga tau..., terlalu banyak kemungkinan. mungkin efek dari terlalu gampang itu. Mungkin juga karena sekarang atmosfernya udah ga se-represif dulu dan akses begitu mudah untuk ini itu jadi kreatifitas cuman muter disitu-situ aja..., ga tau juga...., yang jadi pertanyaan saya sih, kenapa orang-orang puas dengan hidup mereka yang begitu-begitu aja...

Ucok lebih memilih mempertanyakan apa yang benar di dunia ini ketimbang apa yang salah di dunia ini. Apakah benar benar memalukan untuk menyerah pada idealisme dan hidup seperti orang kebanyakan karena tuntunan kehidupan?
Dua-duanya jadi pertanyaan permanen buat saya, hanya saja ga ada yang memalukan untuk menjadi kompromis. Kompromi itu adalah mutlak dengan kondisi dunia seperti ini..., siapa yang bisa lari? Tapi, pertanyaan saya... apakah tak ada ruang lain sehingga berhenti setelah menjadi kompromis di beberapa titik hidup? tuntutan hidup selalu jadi pembenaran, padahal nggak juga. Banyak contoh individu yang bisa memenuhi tuntutan hidup namun tetap hidup sehidup mungkin tak cukup hanya "bertahan hidup" namun individu harus lah "hidup" sebelum kita mati. ingat puisi Chairil anwar? sekali berarti lalu mati? nah itu cocok!

Tak ada fenomena global di satu teritori yang tak ada hubungannya dengan hal lain di sudut planet lainnya apakah sebenarnya ancaman neoliberalisme itu yang membuat kita benar benar harus tanggap sehingga kamu bersama kawan kawan membentuk Community Campaign Against Neoliberalism , apa saja yang dilakukan komunitas ini?
Saya tanya balik...., sepenting apa sehingga kalian harus ngemis pendidikan ketika pendidikan itu udah hak kalian, air yang mustinya dapet gratis dijual di literan aqua... sepenting apa hidup sehingga kalian tidak bisa menjalankan hidup seperti yang kalian inginkan sehingga kalian harus kompromi dijalur pasar bebas ngemis-ngemis pekerjaan.... sepenting apa dunia yang hanya menghamba pada nilai nilai ekonomi ....

Karya kalian akan lebih abadi ketimbang kalian sendiri, apakah Puritan akan tetap berpotensi untuk mengalami disinterpretasi saat rima Persetan dengan Surga®.. lebih terdengar di kuping ketimbang eksplanasi lagunya sendiri?
I take the risks...., kalo terlalu banyak pertimbangan pasti lagu itu ga akan pernah jadi... hehehehe. Nietzsche juga pernah dipake Hitler kok untuk jadi pembenaran filosofis fasis nya, Qur'an aja dipake untuk banyak hal yang negatif kok, apalagi cuman lirik saya

Apa yang paling berharga sepanjang perjalanan Homicide sehingga kamu menulisnya sebagai Remnants and trace from the years worth living Ceritakan kepada kami soal tahun tahun itu?
Banyak dan hampir semua yang saya ingat saya tulis di booklet itu, akan sangat panjang kalo saya ceritakan, yang pasti kalimat "remnants..." itu sebenernya pengganti kata anthology yang nggak pengen kita pakai

Di www.myspace.com/homicidebdg kamu mejelaskan tentang keraguan mendaftarkan band ini ke jaringan Rupert Murdoch tersebut sambil menulis “Pada akhirnya memang we give this a try, sampai pada satu saat kita bisa memperhitungkan mana yang lebih banyak, manfaat atau kerugiannya” apakah sekarang kamu sudah menentukan apa manfaat dan kerugian myspace?
Ya, so far, banyak untungnya, buka jaringan, buka ruang wacana dll. Dan banyak juga yang masuk knowmore.org dari situs myspace kami. we count it as an advantage

Apa pandangan seorang Ucok tentang orisinalitas?
Great artists never imitate...., great artists steal. Nuff said

Apakah kamu mau ngasih bocoran soal karya terbaru Homicide, mengingat karya terbaru di album terakhir itu terdengar eksperimental/ atmospheric/ avant garde dengan sample dari GY!BE dan Neurosis. itu keren!
Well.... saya simpan konsep itu untuk band baru saya nanti..., album baru yang lagi digarap konsepnya balik ke old school. Public Enemy style of hiphop, Long Island Jeep Beats

Akan seperti apa Homicide ke depannya? Dan sebagai seorang ayah yang baik apa yang akan kamu wariskan kepada kedua putrimu selain sekumpulan masterpieces ini?
Saya wariskan cerita hidup saya..., hahahaha. Mungkin itu yang paling berharga dari saya buat mereka. I show them how i spent my days, live my life to the fullest. and thats it!. akan seperti apa homicide ke depan..., mmmm beberapa bulan lagi bakal bubar, jadi ga tau seperti apa

Apa saja playlist terbaru kamu belakangan ini? Dan apakah seorang Ucok masih sempat membaca buku bagus belakangan ini, sebutkan diantaranya?
Banyak buku bagus, ga cukup waktu untuk baca...., buku terakhir saya baca Arab-Israel for Beginners terbitan Resist, Kenapa Malaka Dibunuh, juga terbitan Resist, Playlist? Dalek baru (Abandoned Language), Jesu baru..., Manic Street Preacher baru, This Will Destroy You, Pelican baru, Immortal Technique, Sage Francis, El-P baru...., album gila!

Jika kamu menyukai komunikasi dan sharing ide, kemana orang orang yang memiliki minat yang sama bisa menghubungimu?
Kirim email aja ke zahrasutresna@yahoo.com, meski saya jarang Online tapi pasti saya buka...

Is This It? Thanks.
oke makasih juga udah mau wawancara. it's one of the good ones
salam untuk kawan-kawan di Samarinda
Live Hard, Stay Free!!!
Homicide - “Godzkilla Necronometry”
Catatan: Mini album ini awalnya dirilis sebagai demo, dan kemudian dijadikan bagian split dengan Balcony berjudul "Hymne Penghitam Langit dan Prosa Tanpa Tuhan". Dirilis juga dalam bentuk kaset di Malaysia dan Amerika dibawah label independen berbeda. 

Tracklist: 
1. Post-Mortem Hiphop/[Dis]Empowerment (Intro)
2. Boombox Monger 
3. Altar Ruins 
4. Puritan (Godblessed Fascists)
 5. Semiotika Rajatega 
6. From Ashes Rise

Tahun Rilis: 2002
All tracks and remixes produced by Morgue Vanguard for NekroCypherz Produkshun
All lyrics written by Sarkasz and Morgue Vanguard
Recorded and mixed at NekroGuerilla Lab and Yess Studio Bandung 2002 by Morgue Vanguard, Jojon & Wan
Homicide Collective in this Project: Morgue Vanguard, Sarkasz & DJ-E.


BOOMBOX MONGER
jika konsumen adalah raja maka industri adalah Kasparov/ dan setiap vanguard lapangan tak lebih Lenin dari Ulyanov/ mencari poros molotov / yang tak lebih busuk dari kritik kapitalisme George Soros / senyawa dari nyawa kreator dan sendawa para insureksionis berkosmos / ruang diluar buruh dan boss, dan kertas Pemilu yang kau coblos / dimana komrad ku mengganti logos dan kamus dengan batu Sisifus / memutus selang infus negara dan institusi sampai mampus / pada lahan bertendensi kooptasi Sony dan empty-V dan para radio penyedot phallus / fasis bertitah 'harus', mengayunkan pedang pada sayap setiap Ikarus / dengan hirarki dalam modus operandi layak Kopassus / microphone bagi kami adalah pemisah kalam dengan pembebasan yang mengkhianati / milisi tanpa seragam koloni, hiphop philantrophy seperti Upski / resureksi boombox yang sama pada Madison Park awal delapan puluhan / membawa ribuan playlist dari Chiapas, Kosovo dan Jalur Gaza / Seattle dan Praha, Checnya, Genoa, Yerusalem, Dili dan Tripoli / untuk api militansi aktivisme yang meredup pasca molotov terakhir terlempar di Semanggi / obituari dari lini terdepan milisi pada garis batas demarkasi / jelaga resistansi lulabi penghitam langit tanpa teritori / logika tanpa kuasa perwakilan yang layak dikremasi / ketika senjata bermediasi, ketika ekonomi dan valas berubah sosok menjadi tirani / jelajahi setiap kemungkinan dengan kain kafan modernisasi / prosa beraliansi dengan / dekonstruksi surga-neraka rakitan, militansi tanpa puritan / Verbal Homicide, Rock-Steady Bakunin, MC Klandestin / pada peta sirkuit boombox para B-boy kami adalah Fretilin dalam kacamata Bakin /

Makhnovist yang melukis realisme sosialis diatas kanvas Dada / Post-Mortem Hip-Hop takkan pernah berkaca bersama Fukuyama / dialektika kami tanpa radio dan visualisasi anti-HBO / tanpa agenda politik partai yang membuat Mussolini membantai D'Annunzio / juga korporasi multinasional yang menjadikanmu lubang senggama / kooptasi kultur tandingan yang berunding dalam gedung parlemen Partai Komunis Cina / yang mereproduksi Walter Benjamin ke tangan setiap seniman Keynesian / yang mensponsori festival insureksi dengan molotov cap Proletarian® / instruksi harian dalam mekanisme kontrol pergulatan menuju amnesia / lupakan Colombus, karena Bush dan Nike® telah menemukan Amerika® / inkuisisi mikrofonik dalam kuasa estetika / yang merevolusikan pola konsumsi menjadi intelektualisme organik seperti Gramsci / ekonomi membuat kami mendefinisikan otonomi pada mesin foto kopi / rima anti-otoritarian memandikan bangkai Hiphop® yang tak pernah kau otopsi /  membaca peta kekuasaan seperti KRS-ONE dan MC Shan / sambil meludahi modernitas seperti Foucault diatas neraka Panopticon / ketika Moralitas® telah berubah menjadi candu seperti Marxisme® dan Agama® / maka MC mengambil mikrofon dan melahirkan tragedi dari puncak Valhalla / karena Ardan® dan kalian hanya akan melahirkan kombinasi busuk seperti Iwan / dan Djody, dikotomi antara Farakhan, Amrozy, dan Nazi / bongkar paksa setiap parodi labirin eforia sensasional Harry Roesli / B-boy semiotika artifak simultan antara ekstasi dan revolusi / setiap properti privat adalah galeri dan merubah eksistensi / menjadi pertahanan paling ofensif para Darwinis yang menolak menjadi partisan /

Saya teringat saat awal 80-an, entah tahun berapa tepatnya, didekat sebuah SD Inpres dekat rumah terdapat sebuah lapangan volley dimana setiap sore diadakan acara breakdance yang selalu saya tonton sebelum saya pulang sekolah. Saya tak pernah bisa breakdance dan memilih untuk duduk dipojok dekat sebuah tape besar yang memasok ritme bagi mereka yang berpartisipasi di atas lembaran kertas kardus. Saya selalu ingin memiliki tape jenis itu, yang tak pernah saya dapatkan hingga setahun kemudian, justru saat demam breakdance sudah mulai habis, ketika ayah saya pulang dari pasar loak di Cihapit membelikan sebuah boombox sebesar jendela dan sebuah soundtrack film Tari Kejang sebagai hadiah ulang tahun. Saya sangat bangga dengan boombox itu terlebih ketika melihat boombox yang hampir mirip dipakai LL.Cool.J untuk sampul album pertamanya, 'Radio,  hingga hampir setiap hari saya bawa kemanapun saya bermain, meski tanpa baterai sekalipun. Dan memang demam breakdance melenyap, karena 'era'-nya sudah lewat dan 'Jack The Ripper', 'King of Rock' dan 'Rebel Without A Pause'  pun tidak cocok untuk breakdance dan boombox itu berubah fungsi menjadi sebuah tanda tak langsung untuk mengatakan bahwa lagu yang diputar teman tetangga saya sucks. Wham sucks, Lionel Richie sucks. Memasang musik hingga indikator volume memerah. Dua dasawarsa telah lewat, boombox itu telah rusak dihajar umur. Namun kami besar bersama hiphop yang sama yang pernah diputar di tape itu. Hiphop yang notabene sebuah kultur asing yang kami tak memiliki tradisinya, bukan wayang golek dan bukan kecapi suling. Hiphop yang sama yang mengenalkan kami dengan sebuah semangat menghajar kebosanan dan cara-cara verbal dan fisik menampar status quo dan sekaligus sebuah rasa cinta pada kehidupan. Hiphop yang bukan 'bling-bling' yang kami dengar di radio akhir-akhir ini dan yang berotasi di MTV Non Stop Hits. Ini semua membuat kami berandai-andai membayangkan jika seorang B-boy menenteng boombox, lagu apa yang akan mereka putar supaya dapat mewakili mereka merepresentasikan identitas mereka, album apa yang layak diputar sebagai soundtrack keseharian mereka sehingga dapat berbagi semangat dan perasaan pada setiap kawan yang mereka jumpai sekaligus seolah menampar setiap tikus-tikus konservatif yang mencoba menyuruh mereka mematikan boombox tersebut. Kemudian bayangkan kata 'B-boy' digantikan dengan 'setiap orang', jika memang benar konon 'setiap orang' memiliki hasrat. Hasrat yang sama yang kami rasakan hari ini ketika kami menginginkan sesuatu. Sesuatu yang bukan bagian dari sebuah dunia lama yang usang, status quo yang menghalangi kami mendapatkan hasrat. Hasrat untuk lepas dari tirani ekonomi, hasrat untuk lepas dari kontrol, lepas dari imbas kebijakan para segelintir elit dan opresi otoritas, lepas dari kewajiban sok moralis, dari ketakutan terhadap bom yang setiap saat dapat meledak didepan teman dan keluarga kami, lepas dari usaha-usaha penyeragaman dunia, dari kontrol dan imbas manusia-manusia yang berlomba berkompetisi untuk mengejar hasrat-hasrat mereka, dari hegemoni negara dan korporasi, lepas dari kooptasi para mencret-mencret dasamuka bisnis untuk kemudian membayangkan setiap orang bekerjasama, berko-operasi untuk setiap kebutuhan dan hasrat mereka. Sebut itu utopia. Namun yang pasti hasrat itu kali ini harus kami capai bukan dengan sekedar duduk dan menunggu karena saya yakin ia tak akan pernah datang dalam bentuk kado ulang tahun. Now I got the brand new box and i'm about to pass it. Make sure everything remains raw then gimme ya playlist.

ALTAR RUINS
 the medium cuddles ya with the imperial massage / mirror imaged a serious-head-concussioned god in the daily mirage / an extra-large style on top of triple-barrage / red coated fat-ass fillin' chimneys with fudge / forget the grudge / got proletariat ambushed by television and booze / remain seated with a pedestrian chant about enjoying the boat cruise / 9 to 5 lifestyle accustomized no customers curfew / commercial laughter stashed behind the scheme of a murderous issue / Smithian legacy addressed me as the 21st century's heresy / switchin' frequency at mono for maximum density air superiority / bullshitin' off that Thatcherism, got institution evokin' pysician / to bought-up techno-capital technicians / them devious-hearted will beat ya with a backward journey to the future / givin the reality a permanent neck-bite, providing a static legal adjustment / bumrushin' Picassos for winter house improvement / like gasoline-cocktailin' cop station as a weekend entertainment / MC's strive for precision, but still caught-up within / 24-7 latest version of billboards encirclement / a misleading paramount, praise the fuckin' sermon / disciples of god re-write revelations with abundance of testosterone / even when McDonalds® restaurant occupies the lines of your Holy Quran / muthafucka still lack of skill in readin' between the lines / I Downset my tools to speak no dead language / skilled to pay no altar bill, I rock more party than communist Mao doin' damage /

I mosh ideas to the most lethal pit, / godspeed Hamlets who rockin with the black acid / snake spit venom at god and snitch / slit the throat of a king, i bleed my sickest blood / yer gutz rot and roll on white sheet / found guilty, passing guillotine / massive damage on masses / split the classes of dumb, deaf and blind elephants / makes illogic relevant to tha last caveman to hit the pavement / with eye-con, clandestine on basement / tounge-twistin the filthy, silly-slap tha poverty of your philoshophy / necronometry, bodycount your fuckin purity / discordance axis of praxis holocaust / revolt without a pause / lets make sure them fascist maggots pay the cost / the lost Necropolis projectiles, ruined altars, rotten carcass / the morbid flow on the higher Maracas / with the abandoned trusts plus abundance of lust / I.M.F meeting crushed for fair-trading guts for torches / smell the corpses, my graveyard discourses split wigs / like Moses split seas, burn the racists like the KKK burnt the crosses / posses Death like fuckin Napalm / call me the Master E.N.T of Ceremony be droppin bombs like Nam / consume amount of options and Pylox® toxins /  they call me the Flow-letarian ambush ya Marxist doctrines / inverted infects shaping too complex a movement  like / off-the-top Bergman ripped the Bolshevik-type project endorsement / i be god throwing bolts on the next phropecies coped / on the next national vote when the ballot taken with the chapped throats / buy or sell, fuck it - i shoplift some Orwells® / lets uplift some cartel activisms / call me Hakim Bey of the microphone-sufism / cuz your leftist-book selections only rock a pathetic insurrection / the plastic mass gone fascist, catacomb blaspheme / i found the passion in dancin' over the tomb of Stalin /

Dunia ini adalah sebuah altar, secara nyata atau secara metafor, dan kita berada diatas sebuah reruntuhan yang masih tetap mencoba membangun dirinya kembali dengan tumbal-tumbal sejarahnya. Reruntuhan semua ide-ide totalitarian yang sekarang bergerak sibuk ber-resureksi atas nama tata dunia baru, demokrasi, moral, massa, rakyat, agama, surga, perkembangan ekonomi, bunga bank dan pesona deodoran. Sebagian mendomplengi globalisasi dan sebagian bergerak diatas tribalisasi. Perang lama dengan elit baru yang selalu membutuhkan serdadu, pahlawan, reproduksi mesin-mesin perang mereka dan tentu saja, tumbal. History 'is history'!! Representasi dan identitas menjadi sebuah persembahan dalam ritual mutlak bagi altar manusia modern. Kualitas tak dituju melalui kuantitas, tetapi kuantitas merefleksikan kualitas itu sendiri.Tak heran mengapa imej begitu memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Resureksi atau lebih tepatnya lagi revival dari ide-ide totalitarian tak lebih dari perwujudan romantisme seperti halnya sosok seorang Megawati yang dirindukan oleh para pengikut Soekarno. Sebuah 'cover song' yang telah begitu menjijikan untuk dapat menjadi sebuah 'hit' kembali!! Who needs ideology if the ideas are in everyone's mind? Terlalu lama manusia menjadi objek dari ide-ide tanpa pernah memperlakukan dirinya sebagai subjek dari ide itu sendiri. Terlalu sentimentil dalam memilih produk yang mampu merepresentasikan dirinya tanpa pernah menggali potensi kekuatan dibalik redefenisi atau bahkan dekonstruksi, terlalu lama menjadi bagian dari sebuah entitas yang bernama 'massa' tanpa menyadari eksistensi dirinya sebagai seorang individu. Jika 'in-versi' hanya akan melahirkan kooptasi lainnya seperti halnya Punk-Rock® dan upaya-upaya in-versi lainnya, maka versi membutuhkan sebuah sub-versi. Karena takkan pernah cukup untuk hanya membalikkan sesuatu tanpa pernah menyentuh maknanya. Sesuatu yang terbalik tidak selamanya memiliki kapasitas negatif. Tetapi, seperti ucapan Ani DiFranco bahwa, 'every tool is a weapon if you hold it right'. Sebotol Coca Cola akan memiliki makna yang berbeda jika terisi bensin dan secarik kain. Reruntuhan altar ini dapat menjadi sebuah 'mosh pit' bagi segala sesuatu yang tak pernah dicap valid dalam kamus definisi jika manusia dapat menjadi 'Master of Ceremony' bagi dirinya sendiri. Track yang kami buat pada suatu sore ketika seharian memutar KRS-One, Quasimoto, Morbid Angel dan Carcass, pada hari yang sama ketika kami membaca sebuah artikel di sebuah harian tentang adanya rencana pemerintah membuat undang-undang yang akan mempidanakan seseorang yang tidak ikut pemilu dan mempengaruhi orang lain untuk ikut tidak mencoblos pada hari 'kiamat' itu. Hell yeah, seems like next year is madd interesting. Got ideas, anyone?

PURITAN (GODBLESSED FASCISTS)
adalah bagaimana manusia menyebut nama tuhannya : "tebas lehernya dahulu baru beri dia kesempatan untuk bertanya" / pastikan setiap tema legitimasi agama seperti hak cipta / supaya dapat kucuci seluruh kesucianmu dengan sperma / persetan dengan Surga® sejak parameter pahala / diukur dengan seberapa banyak kepala yang kau pisahkan dengan nyawa / kini leherku-lah yang membuat golokmu tertawa / target operasi di antara segudang fasis seperti FBR di Karbala / karena aku adalah libido amarahmu yang terangsang dalam genangan darah / selangkangan Shanty jika kau menyebut parang bagian dari dakwah / melahap dunia menjadi pertandingan sepakbola / penuh suporter yang siap membunuh jika papan skor tak sesuai selera / para manusia-unggul warisan Pekan Orientasi Mahasiswa / paranoia statistika agama, wacana-phobia ala F.A.K / B-A-K-I-N tak pernah bubar, mewujud dalam nafas kultural / persis wakil parlemen yang kau coblos dan kau tuntut bubar / partai bisa ular, belukar liberal / Gengis Khan mana yang coba definisikan moral / persetankan argumentasi membakar bara masalah / dengan kunci pembuka monopoli anti-argumen komprehensi satu bahasa / instruksi air raksa mereduksi puisi hingga level yang paling fatal / kehilangan amunisi, sakral adalah ambisi / wadal modernisasi, program labelisasi Abu Jahal / distopia yang tak pernah sabar untuk menuai badai

aku bersumpah untuk setiap jengkal markas yang kalian anggap layak bongkar / dan setiap buku yang nampak lebih berguna jika terbakar / jika setiap hal harus bergerak dalam alurmu yang sakral / sampai api terakhir pun, neraka bertukar tempat dengan aspal / batalyon pembenci Gommorah sucikan dunia dengan darah / menipiskan batas antara kotbah dengan gundukan sampah / jika membaca Albert Camus menjadi alasan badan-leher terpisah / lawan api dengan api dan biarkan semua rata dengan tanah / lubang tai sejarah, memang dunia adalah / kakus raksasa nikahi bongkah kranium kerdil berpinak ludah / jika idealisme-mu tawaran untuk mengundang surga mampir / berikan bendera dan seragammu, kan kubakar sampai arang terakhir / sratus kali lebih dangkal dari kolom Atang Ruswita / seribu kali lebih busuk dari tajuk majalah Garda / untuk semua idiot yang berfikir semua ide dapat berakhir diperapian / tak ada dunia yang begitu mudah untuk kalian hitamputihkan / mendukung keagungan layak Heidegger mendukung Nazi / propaganda basi, wahyu surgawi dengan bau tengik terasi /  jika suci adalah wajib dan perbedaan harus melenyap / maka jawaban atas wahyu parang dan balok adalah bensin, kain dan botol kecap/ yo, fasis yang baik adalah fasis yang mati / fasis yang baik adalah fasis yang mati / fasis yang baik adalah fasis yang mati / tunggu di ujung jalan yang sama saat kalian mengancam kami /

Lagu ini ditulis pada pertengahan tahun 2001 lalu. Ketika terjadi fenomena pemberangusan gerakan 'pro-dem' (whatever the fuck that means), dan sweeping plus pembakaran buku-buku yang dicap 'kiri' oleh beberapa golongan yang berlindung dibalik topeng moral agama dan nasionalisme. Tak hanya sekedar itu, dengan dukungan propaganda massif lewat media massa (para elit mereka notabene merupakan pemilik beragam media massa lokal), mereka juga melakukan penganiayaan, pemukulan, penculikan bahkan penyerangan dan pembongkaran markas-markas aktivisme di beberapa kota. Pada awalnya hanya sebagian kecil saja yang memberanikan diri menentang mereka secara terang-terangan namun pada akhirnya gelombang fasis baru ini direspon dengan perlawanan di basis akar rumput pada hampir setiap kota. Beberapa kawan menyarankan untuk tidak merilis lagu ini karena alasan klise; masyarakat kita adalah masyarakat religius, namun kami berargumen bahwa fasisme tak ada hubungannya dengan religius atau tidaknya sebuah masyarakat. Kultur religius tak harus dibarengi dengan tabiat Mussolini dan Stalin, dan kami pikir setiap orang pun dapat membedakan antara agama dan fasisme, terutama mereka yang selalu membuka ruang bagi perdebatan dan argumentasi. Kecuali memang jika kita dikelilingi oleh para fasis atau dalam kata lain masyarakat kita hari ini adalah wujud lain dari gabungan pasukan Ariel Sharon dan Neo-Nazi. Itu sudah beda masalah. Lagu ini kami dedikasikan pada mereka yang pada hari-hari tersebut berada digaris depan, mulai dari Medan, Lampung, Jakarta, Bandung, Jogja hingga Surabaya. Keep ya head up, brothers. Stay Strong.

SEMIOTIKA RAJATEGA
MC hari ini lebih banyak memakai topeng dari Zapatista / hampir sulit membedakan antara bacot patriot dan miskin logika / bicara tentang skill dan kompetisi, mengobral sompral / jatuh setelah berkoar, lari dengan ujung kontol terbakar / MC butuh federasi dan breakbeats berdasi / untuk sekantung wacana basi dan eksistensi / MC Tampon, mencoba membuat mall menjadi Saigon / amunisi tanpa kanon, mucikari martir yang gagal mencari bondon / sarat kritik, kosong esensi seperti kotbah kyai Golkar / bongkar essay kacangan lulabi usang pasca makar / gelora manuver rima Kahar Muzakar / tak akan pernah dapat menyentuh beat pembebasan B-Boy Ali Asghar / hiphop chauvinis, kontol kalian bau amis, memang tak akan pernah habis / persis duet Hitler tanpa kumis dan Earth Crisis / krisis identitas, menyebut teman nongkrongnya 'niggaz' / sebut dan diss nama kami, kubuat bacot kalian karam seperti Tampomas / berusaha setengah mati menjadi negasi / berlindung dibelakang pembenaran interpretasi, basa-basi / mengobarkan kebanggaan dengan microphone terseret / tak sabar menunggu saat monumental kalian berduet dengan Eurrico Guterrez /

ternyata rencana invasimu lebih meleset dari konsepsi / dan prediksi partai marxist akan kematian borjuasi / melemparkan invitasi MC pada setiap rima / dan Homicide masih mendominasi sensus kematian populasi akibat rajasinga / MC adalah negara yang membuat  kontradiksi tak pernah benar / tanpa menifestasi yang sesubstansial gerilyawan maoist di Nepal / lirikal neoliberal, yang memaksa indeks lirikmu turun drastis / dan terlihat lebih dungu dari logika formal, terlalu tipikal / dan masih jauh dibawah horizon minimal / memiliki nasib yang sama dengan PSSI dalam kancah internasional / hadirkan konfrontasi maka MC lari mencari pengacara / dan mengakhiri argumen dengan histeria seperti Yudhistira tanpa hak cipta / jangan berharap unggul dengan skill bualan ala TV Media / yang membuat kau dan Iwa tersungkur dalam satu kriteria / representasi yang membuatmu nampak seperti fatamorgana / membuat setiap microphone battle berakhir dengan wajah yang sama / persetan dengan persatuan, hiphop hanya memiliki empat unsur / dua mikrofon, kau dan aku, tentukan siapa yang lebih dulu tersungkur /

memang memuakkan melayani diplomasi scene lawakan / tapi pasti kalian dapatkan jika kalian menginginkan konflik atas nama kebanggaan / bidani bacot murahan tentang imortalitas hiphop seperti liang dubur / pahlawan kesiangan yang membuat lagu lama konservatif keluar liang kubur / karena aku adalah seorang kapiten neraka / mematahkan pedang panjang para lokalis duplikat dan plagiat para Wu-Tang / label adalah reduksi, komoditas residu industri / kultural hegemoni, membidani oponen dalam posisi / Prosa pramudya yang bukan Ananta Toer / Mengepal jemari meski dengan batas teritori yang terkubur / arwah objek kritik lapuk layak sosialisme ilmiah / kalian ancam kami dengan lulabi akidah / paku dalam bingkai kaca keagungan moralitas, persetan kuantitas / kematian memang identitas yang tak perlu imortalitas / memenej kalbu tanpa kotbah Aa Gymnastiar/ menembus urat nadi distribusi tanpa harus membuat izinku terdaftar / MC menabur bensin dan tak pernah punya nyali menyalakan korek / membacot dibelakang punggung lebih parah dari CekNRicek /

A respond to whom it may concern. The microphone business as usual. Kalian jual, kami beli.

FROM ASHES RISE
A mere appandage flesh on the machine of iron / we dont need no more blueprint to rock the so-called revolution / whoever they vote for, we're ungovernable / since the rebels themselves are so predictable / we be like the Ruckus Society engages in chains of alliance / or be like the Autonomedia cracking the fucking movement / or be like the affinity posse self-sustaining our world / passing the torch, spreading the words / that this New World Boredom is sloppy / we used to slang rocks to cops / we used to break down the Blocks / now we're dismayed and get fucked over burn-out topics / we left the boombox disbanded / fuck the preaching-to-the-converted bullshit / now here's the massage: rock harder, party harder / organize more allied fists and burn down them borders / kept my rhymes dissin and my cocktails swingin / keepin contradictions kickin outta hype they all believin' / I be swimmin at the beach beneath the paving stone / rock my way out like Cypress Hill in Skull N Bones / full scale battle, making my days of war and nights of love / cuz its not a party matter, givin this house of pain a mad-hatter / in the twilight of Asia the spectre still hauntin / demanding the impossible with my steady rockin / microphone that don't answer to no state nor institution / cuz if I cant dance to it then its not my revolution / kept my rhymes dissin and my cocktails swingin / keepin the contradictions kickin outta hype they all believin' / track-bombin hiphop beyond the good and evil / cuz market be makin feeble MCs, the casualties of capital / never have them faiths for  them heavens to come / insurrect total resistance like godless Taliban and Saddam / expect the blue collar  then face your demise / spawned from the ashes, we shall arise

my homeboy rocking Xeroxs …Rise !!! / fighting Black Bloc in Genoa …Rise !!! / my brothers battling I.S.A in Malaysia …Rise !!! / all ya'll D.I.Y militias …Rise !!! / Madd media guerillaz …Rise !!! / Food Not Bombs worldwide yo …Rise !!! / Every fighters all over Indonesia …Rise !!! / Rise !!!

With or without smashed windows, a building is a building, but a building can't take its form without a foundation. Apart from that, in an attempt to bring a whole building down, smashed windows are better than the unsmashed ones. Priority is out of the question when the question is out of priority. So who knows if smashed windows could give way to reach it's very foundation? If the revolution is about bringing a building down and burn it to the crisp, then it's not about doing the right thing but it's about doing the things right since bringing a building down had not always been the right thing to do. What makes it right is how it's done. Keep in mind that boredom is always counter-revolutionary!! It worth another tries!! This track is a simple battle cry, a shout out to my peeps who kept the struggle alive.

"Illsurrekshun"



Homicide - "Illsurrekshun"
Catatan: "Illsurrekshun" adalah album terakhir Homicide, dibuat tahun 2007 dan dirilis tahun 2008 tepat di tahun mereka bubar. Track terakhir (Siti Jenar Chyper Drive) adalah track lama, yang dimasukkan ke dalam split dengan MC Homeless, MC dari Amerika tahun 2007 berbentuk piringan hitam.

Tracklist:
01.    Intro
02.    Megatukad
03.    Illsurrekshun
04.    Klandestin
05.    Panoptikanubis
06.    Purgatori
07.    Tantang Tirani
08.    Terra Angkara
09.    Siti Jenar Cypher Drive (CD Bonus Track)*

Tahun Rilis: 2008
Recorded at Masterplan and Cronik Studio, Bandung 2007
All tracks are mixed and mastered by : DJ Scratchy
Engineered by : Kolot & DJ Scratchy
Homicide Collective in this Project: Morgue Vanguard, DJ-E, Andre, Gaia


MEGATUKAD
Homicide kembali pada kalam serupa bara/ menjaga nyala api hasrat ditengah rawa/ mengasah mata belati penasbihan petaka/ bagi mata medusa yang tak berujung menagih nyawa / bagi kuasa yang mengendalikan parlemen dan penjara/ menyambut petang berhala, kutunjukkan kau gejala/ didepan pintu McDonalds dan gerbang Kodam berkepala/ macan Siliwangi yang dipenggal ribuan terdakwa/ air sumur berbusa, langit sehitam jelaga/ udara bertaring memaksa rima ini berbisa/ dan kau iman yang menghamba pada keabadian pusara/ kubacakan serat korporat yang mengglobalkan angkara/ rahim samsara yang terjaga pasca bencana/ pasca iman disilaukan kilatan C-4 dan surga/ dan pasca jaring warasku yang mulai menyaingi utopia/ semustahil berharap dunia pasca 9-11 tanpa tentara/ tanpa Antara kukabarkan perihal neraka/ perihal sodom-gommorah, gurah dan semua barisan berhala/ yang kau pijak kau jadikan jalur sumber pahala/ dan kau tebus semua surga dengan bangkai para pendosa/ rima serupa sangkala prosa penolak bala/ hiphop hulu waktu dengan pekat sehitam bendera/ bukan lagi perkara bukan lagi masalah jika / ribuan mimpi, satu barisan rubuhkan menara

bentangan kalam serupa bara, satuan rima penolak bala
kepalan langitan gantang bencana, seharam jadah penagih nyawa

Homicide kembali pada bentangan kalam serupa martil/ prosa ababil, ziarah kesumat demolisi kastil/ Serupa menarik tentara dari Freeport, rima ini mustahil/ kalian kubur bersama sejarah di pemakaman terusir/ negasi yang berdiri kala Valhala tak berpinggir/ demokrasi dagelan boneka tirani mesin kasir/ koalisi kobil, yang meminta setoran parkir/ serupa darah dan satir dan pengabdian tanpa akhir/ rima kontra takdir, cetakbiru korporat vampir/ tata dunia baru memaksa rima ini bertitik nadir/ konspirasi tanpa akhir dan arwah pembangkang sipil/ antidote keterasingan dalam kepakan sayap martir/ serupa lobi parlemen menggiring para musafir/ ke padang kepatuhan ujung laras para marinir/ nazarkan hidup tanpa sipir dan ujung harap yang lahir/ demi surga dan janji para pahlawan usang yang tak pernah hadir/ armamen imaji dalam magasin barisan sabil/ hunusan trakhir, pelumatan manual para kusir/ harapan yang menolak saji hamba dimuka takdir/ bersama para sodagar menyusun jutaan dominasi tafsir/ rima serupa sangkala prosa penolak bala/ hiphop hulu waktu dengan pekat sehitam bendera/ bukan lagi perkara bukan lagi masalah jika / ribuan mimpi, satu barisan rubuhkan menara

ILLSURREKSHUN
[Sarkasz]
Melepas kekang kendali pada hitungan detik kematian/ Satuan laskar aksara penghancuran dinding keterasingan/ Rima ini melintang ditengah ribuan riba yang menagih hutang/ Rintangi bantuan luar negeri yang bernegosiasi dalam bahasa musang/ Menghuhunus belati kalam profan pada altar persetubuhan/ Yang berbagi tuhan bersama kuasa modal dalam wujud siluman berturban/ Mutan susupan McD layaknya iblis marduk yang membuang pelanduk/ Merangsek setiap pintu masuk yang tak fitrah tanpa sarung cap Gajah Duduk/ Tak sudi membusuk menanti panggilan di parkiran Imam Mahdi/ Dalam simulasi hidup yang meraga dalam masturbasi Raam Punjabi/ Kami tandingi setiap eksistensi dari sekedar menjual dan membeli/ Menyembah dan mematuhi, segala konon yang tak lama lagi kami akhiri/ Kami kembali mengangkat setiap kepala yang tertunduk untuk berhenti / meratapi Tuhan yang telah mati dikhianati profit, dominasi dan ekspansi/ Satu barisan, ribuan mimpi, kami hidupkan kuasa amorfati/ yang berdiri tegak mandiri tanpa Bank Mandiri/ Hiphop harakiri, negasi hidup dari lanskap yang terkooptasi/ Di saat setiap bongkahan emas di Freeport telah lelah menjadi saksi/ Korporat Rambo dan kacung W.T.O yang tengah bermimpi/ Berkomposisi bak Guantanamo sekolosal mega-orkestra Steve Albini/ Kalian amini manipulasi informasi yang beramunisi ritual dekadensi/ Berplot genosida berkoneksi kabel TV/ Maka surga neraka yang kami hadirkan dalam kombinasi terkini/ Biner termutilasi pada setiap lanskap insureksi yang mereka kafiri

[Morgue Vanguard]
Ribuan kepalan yang mengakar pada reruntuhan atlas/ Meranggas pada batas hirarki antara mikropon dan karkas/ Hari ini mulailah berhenti mempertanyakan kualitas gundukan rima/ Dengan populasi MC yang lebih padat dari Cicadas/ Sepanas lubang anus kalian disodomi korporasi tanpa pelumas/ Kami bayar lunas semua tagihan pay dues sejak zaman Itang Yunas/ Kami pangkas semua manuver Ken Arok di tengah belukar riba pasar/ Agen makar membuang hajat pada pelataran dan tangga altar/ Kami hajar semua kebangkitan berhala, ideologi gembala/ Hidup yang menolak bergantung pada para saudagar serupa Yusuf Kalla/ Para imam korporasi yang khusuk di kala merancang sangkala tiruan/ Yang ditunggangi zionis imperealis yang mencoba menabur bala/ Rima ini adalah Kayutsha, Sahin, Fajr dan Zetzal/ Penghantam barisan produk korporasi pemasok Israel di toserba yang berjejal/ Pelumatan kollateral / kombatan prosa hypereal/ Plot pencahar agenda laskar laba yang lebih Tsar dari semua tiran dan kaisar/ Satuan lingkar risalah yang hidup dari kepulan asap/ Yang kami hisap dari manual hisab lapangan mu yang terbakar/ Rima ini lebih sakti dari Pancasila, yang siap menantang invasi/ Dari jadah global Sony hingga korporat domestik serupa Bakrie/ Kontra-takdir serupa satuan sayap ababil yang menabur kerikil/ Pada jalur komando dari Pentagon hingga Kodam, Kodim dan Koramil/ Pada kontrak para merkantil yang menggadai Cepu pada Exxon Mobil/ Kami rakit ribuan prosa martil/ Bagi mesin lobi Rupert Murdoch yang menagih martir

KLANDESTIN
[Morgue Vanguard]
ditengah hidup yang menyerupai rutan yang kehilangan sipir/ mengepal jemari hari ini sesulit membongkar jaringan pembunuh Munir/ dengan pilihan diantara menjadi tumbal atau martir/ kami kembali dengan eskalasi penghakiman hari akhir/ dengan syair penantang satir korporat vampir/ sejak tafsir NAFTA dan Bush mempeluas petak takdir kutukan/ membangun gerakan yang tak semudah merakit molotov oplosan/ oposisi kiri-kanan yang terlalu basi menjadi oposan/ hitung kembali kawan yang melangitkan kepalan / bangunkan kawan yang tersisa dan terlelap menenggak lipan/ kabarkan setiap lini kehidupan adalah front terdepan/ kembali isi amunisi hasrat dan mimpi ke dalam barisan/ warisan kesumat yang membutuhkan lebih banyak lagi kanon / lebih banyak lagi pembangkangan sipil serupa Porsea Indorayon/ serupa Bojong, serupa ribuan titisan/ bagi setiap kota yang menolak didominasi mall, penjara, monumen dan nisan/ Klandestin, manuver hantu serupa Vietkong/ sejak tanah, udara dan air hanya sesajen bagi para cukong/ begundal pasar bebas yang mengantri di jalur by-pass/ yang bebas merangkai plot dominasi dalam satu pentas / dan laknat ini yang kembali menyeruak sejak Nipah dan Haur Koneng/ merubah setiap rima dan ritme menjadi awal lonceng kematian bagi IMF, WTO dan World Bank/ Dan setiap poin agenda penaklukan koloni yang mereka bonceng

Rima pemanggil arwah yang menziarahi pitam// Dengan pekat hitamnya langit saat memudarnya harapan// Nazar luka puputan, kalam penghabisan// Satu bangsa di bawah kontrol korporat, kami langitkan kepalan

[Sarkasz]
Lubang hitam kepastian memaksaku mewadal/ Bernafas dalam kanal, meradang di dalam banal / Kapal yang karam diperosok khayal dan domestifikasi hidup berkawal/ Bayangan ku yang berubah menjadi selakangan jadah tersamar/ Memugar setiap hasrat yang memudar, nafas terakhir di belukar/ Ritual dengan ambisi di penghujung bulan kalkulasi bumikan nazar/ Fajar kematian berhala, altar bangunan moral dan biji zakar/ Hari ini konsumsi hanyalah masturbasi hidup di hapadan pasar/ Maka ku rapal rima negasi kosong sehitam aspal/ Sekilat anval, berbekal anggur dyonisian berdosis fatal/ Di antara tumpukan berangkal artefak lama B-boy berkepal/ Kontra-armamen tapal pelontar mortal pembantai portal/ Sakramen hidup yang lagi memerlukan afirmasi terdaftar/ Simbiosa mutual agenda neoliberal berpagar/ Serifikasi halal yang sedangkal menakar semua ikhtiar/ Para pembangkang yang terlalu mudah untuk ditangkal/ Rima ini bertiwikrama dalam badai horizontal/ Tak pernah tertulis pada lontar/ terror imaji korporasi pembunuh berantai/ Kami jajarkan nama terbantai, kami hitung semua bangkai/ dari jejak kemenangan ribuan perang yang tak pernah kami capai/ Untuk memaksa neraka keluar barak dan kawanan anjing/ Yang bermufakat dengan pangkat, patriotisme dan arak/ Disaat dinding keterasingan hasrat menjadi kota terlarang/ Kami tak meminta Valhala, kami jadikan surga kalian rampasan perang

PANOPTIKANUBIS
[Morgue Vanguard]
Satu bangsa dibawah kontrol korporat/ satu bangsa dibawah kendali kuasa yang meminta taat/ satu kumpulan anubis pengawas siap menebar pukat/ dan semua kesadaran harus tunduk pada mesin laba tanpa sarat/ mereka sangat awas dengan monitor menggurita/ menguasai dunia lawas hingga arah masa depan kita/ menguasai dunia mimpi bawah sadar dan mengendalikan cerita/ menguasai jaringan seluler, radio dan kanal-kanal berita/ mereka di belakang layar semua plot laknat didunia/ mereka berwujud apapun bahkan yang tak pernah kan kau kira/ mereka buntuti kemanapun, apapun yang kalian lakukan/ karena mereka selalu berhak mencap semua aktivitas mencurigakan/ tak cukup dengan satu dua badan intelejen, jutaan agen/ tak cukup mematikan pembebasan dengan isu bahaya laten/ garda depan tirani berarmamen/ hari ini gulag berwujud kontrol anti-teror dalam bentuk detasemen/ dan bumi yang kita pijak adalah neraka kala / eskalasi operasi mencapai titik menabur bala/ jangan pernah katakan motif Mossad dan BAIS sama sekali berbeda/ hingga satu hari semua orang terpasang chip pelacak di tengkuk mereka,

[Gaia]
Kloning tuhan awasi gerak/ bagaikan rutan seperti hutan/ diawasi serigala pemangsa kala/ terus berkala membangun garda/ cuci otak tanpa makna semua berkala/ kuasai dunia nyata hingga maya/ dibalik asa ketakutan tahta hilang merata/ legenda konspirasi sarat keranda/ bukan sinetron belaka itu nyata/ bersama sutradara kasat mata/ coba bungkam semua yang bicara/ semua aral didepan mata/ halalkan cara/ bantai semua yang ada/ kita berpijak pada tanah tak berpihak/ dimana hak terkoyak/ benat dan salah tersamar kemarau kabut valas tanpa validitas/ persempit ruang gerak aktivitas bahaya laten/ berkedok falsafah kebenaran yang diagungkan/ lebih busuk dari gabungan rentenir dan penyihir/ semua tabir akan terkuak di saat semua bergerak / merapat tantang malaikat mau pencabut belikat/ pekat siaga kepada kiamat buatan; teknologi anjing panoptikan

PURGATORI
dimana sekam terbakar, kemiskinan melekat/ ditanah ini dengan malikat makar kami tumbuh bersahabat/ sejak awal, pemilihan umum adalah akumulasi lawak sarat/ dimana birokrat, tengkulak, cukong dan militer bersejawat/ ibarat bilangan kami mulai menipis habis diperlumat/ kompromi dan dilindas kematian yang datang terlalu cepat/ di tanah ini pembangkangan menjadi hikayat basi/ serupa penyeragaman bawah sadar dan otomatisasi/ dan mereka yang fasih bicara tentang harkat dan martabat / nasib dan derajat, etos kerja, patuh dan meminta taat/ kukutuk semua pemadat kebenaran yang meracau seribu babad/ hari ini diam seribu kata dan kalimat di hadapan barisan mayat/ bersimulasi jagat, berkombinasi laknat/ demokrasi parlementariat, mafia hukum dan kebenaran ritel ala Alfa Mart/ tunggu suatu hari hingga semua orang mencari sesuap nasi/ hanya untuk menyadari mereka akan diantisipasi dengan pendekatan ala Nazi/ demi semua keyakinan yang tertunda disaingi kiamat/ bagi semua jejak pembantaian disetiap jengkal sejarah yang tertutup rapat/ dari jejak genangan darah Alas Tlogo yang mengering kasat/menebar isyarat/ tak ada yang lebih totaliter dari gabungan saudagar, preman dan aparat/ waktunya merapat

TANTANG TIRANI
Titipan angkara mereka yang tak bisa lagi bersuara/ ini muara semua murka lawas yang kehilangan nyawa/ dalam hitungan langkah kami kan isi angkasa/ dengan ribuan pekik yang sama saat kalian terbakar bersama bara/ terlalu kentara, manuver mereka memplot penjara/ hukum, moral, kebebasan, dan batas surga dan neraka/ merancang kontrol bawah sadar serupa bius pariwara/ menjagai setiap inci palang pintu modal dengan tentara/ sebelum waktu yang banal, jumud berkanal/ demi semua momen heroik yang tak pernah tercatat dalam tanggal/ biarkan mereka lafal semua peringatan yang mereka hafal/ setiap ayat pasal karet pertahanan para tiran berpangkal/ kebebasan yang datang saat kau tak memiliki lagi harapan/ saat tak ada opsi tersisa selain berdiri menantang para tiran / saat momen terhidup dalam hidupmu adalah memasang badan ditengah medan/ kawan, mana kepalan kalian!

serupa biksu Burma dihadapan moncong senapan/ serupa malam Januari yang menandai Chiapas/ serupa seruan Chavez didepan muka Amerika/ serupa tangan intifada yang melempar batu di Palestina/ serupa siklus ronta setiap kota pasca amok Seattle/ serupa rudal Hizbullah di daerah pendudukan/ serupa rahim setiap ibu yang melahirkan para kombatan yang menantang setiap tiran dititik nadir perhitungan

kami menolak menjadi bidak, sekedar sekrup dan tumbal/ target pemasaran sampah industri kapital global/ sekedar hidup lurus dalam dikte penguasa arus/ sekedar kalian tahu kami akan bertahan sampai mampus/ kalian awetkan hegemoni dengan balsam mumi anti-terror/ kombinasi intel dan preman menebar horor/ kalian kerangkeng kami dengan pembenaran semantik/ kami rancang kalam puitik yang lebih bersenjata dari ribuan manifesto politik/ kaya semakin kaya, miskin semakin papa/ dan kalian dapat tetap berlindung dibalik retorika nasib dan samsara/ lakukan apapun termasuk menjadi tuhan/ kami akan berdiri disini, tak sendiri, hingga nafas penghabisan/ kebebasan yang datang saat kau tak memiliki lagi harapan/ saat tak ada opsi tersisa selain berdiri menantang para tiran, / saat momen terhidup dalam hidupmu adalah memasang badan ditengah medan kawan, mana kepalan kalian!

serupa kesabaran terakhir para buruh di palang pintu pabrik/ serupa panen terakhir para petani penggarap/ serupa tengat miskin kota di ujung penggusuran / serupa pilihan terakhir para pasifis dihadapan kekerasan negara/ serupa harapan mereka yang tak bisa lagi berharap/ serupa pilihan terakhir keluarga korban kekerasan negara/ serupa rahim setiap ibu yang melahirkan para kombatan/ yang menantang setiap tiran dititik nadir perhitungan